REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pasca-ditemukannya dua jenazah polisi dengan luka di leher yang diduga dari senjata tajam, hingga kini pihak Kepolisian belum bisa memastikan keterlibatan jaringan teroris terkait pembunuhan tersebut.
"Masih dilakukan pendalaman terhadap penemuan jenazah itu dan indikasi siapa pelakunya," kata Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Kombes Pol Agus Rianto di Jakarta, Rabu (17/10).
Agus mengatakan hingga kini tim Brimob Polres Poso dan TNI masih melakukan penyelidikan terhadap penemuan kedua jenazah pada Selasa (16/10) petang, yang terkubur dalam satu lubang di hutan di Dusun Tamanjeka, Desa Masani, Poso, Sulawesi Tengah.
Kabag Penum membenarkan bahwa lokasi itu memang berdekatan dengan wilayah yang diduga sebagai area latihan kelompok teror. "Namun masih harus dilakukan penyelidikan lebih lanjut dari hasil di TKP," ujarnya.
Awalnya, tim gabungan Polisi dan TNI yang sedang melakukan pencarian curiga dengan adanya gundukan tanah di sekitar lokasi tersebut. Pada pukul 17.10 WIB, penggalian dimulai dan ditemukan dua jenazah dengan luka yang diduga akibat senjata tajam.
Di leher jenazah Briptu Andi Sapa ditemukan dua luka di bagian leher, sedangkan Brigadir Sudirman ditemukan satu luka. Kedua jenazah polisi tersebut langsung dibawa ke RSUD Poso dan Rabu pagi, diserahkan kepada keluarga dalam sebuah upacara penyerahan jenazah di halaman Polres Poso.
Agus menjelaskan, kedua polsi itu pada Senin 8/10 sedang bertugas menjaga keamanan wilayah. Pada keesokan harinya (Selasa, 9/10) istri Brigadir Sudirman mengaku kehilangan kontak dengan suaminya dan kemudian melaporkannya kepada polisi.
Sejak saat itu polisi segera melakukan pencarian, termasuk melakukan razia di sejumlah perbatasan Kabupaten Poso, namun pada Selasa petang (16/10) dua polisi itu ditemukan dalam keadaan tewas.
Sebelumnya, kepolisian menduga hilangnya kedua polisi itu terkait dengan beberapa aksi teror yang melanda Poso beberapa waktu lalu, termasuk peristiwa penembakan yang terjadi pada Agustus dan mengakibatkan satu orang tewas.