REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Indonesia dinilai sebagai negara pengguna listrik terboros di Asia. Semestinya kata Sekjen Assosiasi Pengusaha Listrik Asia Pasifik (AESIEAP), Suyyud Wartadipraja, Indonesia bisa menekan penggunaan listriknya, bisa memilah, mana yang penting dan yang tidak penting.
"Semestinya ada penghematan, mana yang perlu dan tidak perlu," kata Suyyud di Nusa Dua Bali, Ahad (14/10) petang.
Hal itu dikemukakannya pada acara jumpa pers mengenai Conference of Electric Power Supply Industry (CEPSI) ke-19. Acara itu dihadiri 1.000 peserta dari 32 negara dari lima benua.
Konferensi mengambil tema Enhacing Clean Technology and Scuriry Invesment for Sustainable Electric Power Industry Developmnet.
Jumpa pers dihadiri Ketua Masyarakat Kelistrikan Indonesia (MKI), Mochamad Harry Jaya Pahlawan dan Executive Director CEPSI, Andri Doni.
Terkait penghematan penggunaan listrik, Ketua MKI Harry Jaya mengemukakan pandangan berbeda. Menurut Direktur OIperasional Wilayah Barat PLN itu, bahwa Indonsia sudah cukup hemat dalam menggunakan listrik. Hal itu dicontohkannya ada masyarakat yang masih menggunakan daya listrik 450 watt.
Memang sebut Harry, ada yang memasang daya listrik sampai 2.200 watt di rumanya, tapi biasanya mereka tidak menggunakan semuanya.
Dan itu kata Harry merpakan langkah enghematan terhadap energi listrik. "Memang sebaiknya begitu, punya daya 2.200 watt, gunakan 900 watt atau sebagian saja," katanya.
Menurut Harry, saat ini cadangan daya lsitrik di Indonesia cukup memadai, sehingga tidak sampai terjadi lagi pemadaman listrik. Dia meminta agar istilah pemadaman dan padam dibedakan. Kalau pemadaman ada unsur kesengajaan atau direncanakan, sedangkan kalau padam biasanya tanpa disengaja, seperti ada tiang listrik yang ditabrak mobil atau kebel listrik terkena layang-layang.
CEPSI akan berlangsung selama empat hari, antara lain akan membahas sejumlah makalah tentang penggunaan listrik yang ramah lingkungan.