Ahad 14 Oct 2012 22:15 WIB

Jumlah Anak-anak Berkacamata di Indonesia Meningkat

Rep: Bilal Ramadhan/ Red: Hafidz Muftisany
Kacamata (ilustrasi)
Foto: typepad.com
Kacamata (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Dimas (10 tahun) dan Nurjanah (14 tahun) merupakan kakak beradik anak dari pasangan Yudi dan Rutmini. Dua anak ini telah menggunakan kacamata sejak kecil. Bahkan yang paling mencolok dari kedua anak ini yaitu kaca pada kacamata mereka termasuk cukup tebal untuk usianya. Nurjanah mengalami rabun jauh atau miopi atau kerap dikenal dengan mata minus dengan tingkat minus 4 dan bahkan Dimas jauh lebih besar lagi tingkat minusnya yaitu minus 5.

Rupanya anak-anak yang berkacamata terus meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun. Pantas saja jika Dimas Alya dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) menyatakan kekhawatirannya.

Dalam acara seminar dalam memperingati Hari Penglihatan Sedunia atau World Sight Day, Alya mengatakan saat ini sudah banyak anak-anak yang sudah menggunakan kacamata. Menurutnya dengan menggunakan kacamata, akan menghambat pertumbuhannya dalam tubuh kembang anak.

"Banyak anak-anak yang sudah berkacamata, padahal ini bisa menghambat pertumbuhannya," kata Alya dalam acara tersebut.

Kepala Subdit Kesehatan Khusus, Usila dan Pelayanan Darah Kementerian Kesehatan, dr Eko Budi Priyanto, mengakui adanya peningkatan cukup signifikan terhadap jumlah anak-anak yang sudah memakai kacamata. Mengenai jumlah detailnya, pihaknya masih menunggu hasil dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2013 mendatang.

Ia memaparkan faktor penyebab dari meningkatnya jumlah anak-anak yang menggunakan kacamata karena adanya perkembangan teknologi seperti televisi, komputer dan teknologi bermonitor lainnya. Pasalnya kerap kali anak-anak menonton televisi dan komputer dengan jarak yang sangat dekat dan menimbulkan kelainan refraksi dimana bayangan tegak tidak dapat ditangkap oleh retina.

Kondisi tersebut semakin diperburuk dengan lemahnya informasi yang sampai kepada anak-anak mengenai kesehatan matanya. Seharusnya baik dari orangtua, guru dan masyarakat memberikan informasi agar kelainan refraksi pada anak-anak tidak semakin bertambah.

"Faktor penyebab kelainan refraksi pada anak kadang-kadang tidak diinformasikan agar kesehatan mata bisa didapatkan anak-anak tersebut," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement