Sabtu 06 Oct 2012 16:28 WIB

Sepasang Panda akan Ditangkarkan di Taman Safari

Panda raksasa Cina (ilustrasi)
Panda raksasa Cina (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,BOGOR--Pemerintah berencana mendatangkan sepasang panda dari Negeri Cina dan menempatkannya di Taman Safari Indonesia (TSI) Bogor sebagai tempat penangkaran sekaligus untuk menambah koleksi satwa setempat yang telah mencapai 300-an spesies.

"Rencana itu secepatnya. Sekarang pemerintah RRC pilih-pilih kebun binatang mana yang bisa ditunjuk untuk melakukan pertukaran satwa panda dengan komodo koleksi kita (TSI)," ungkap Frans Manangsang, Direktur Taman Safari Indonesia usai membuka acara Orientasi Wartawan Konservasi (OWAKA) 2012 yang diadakan Forum Konservasi Satwa Liar (FOKSI) di kaki Gunung Gede Pangrango, Bogor, Jawa Barat, Sabtu.

Dijelaskannya pihak TSI mendapat kepastian rencana mendatangkan sepasang satwa panda setelah pemerintah Indonesia melalui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan negosiasi langsung dengan Presiden China Hu Jintao, saat berkunjung ke negeri tersebut.

Hasilnya, pemerintah China setuju untuk melakukan pertukaran satwa langka tersebut dengan sepasang Komodo dari Indonesia.

Kabar baik tersebut diterima pihak TSI, saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan kunjungan kerja di Bali dan menyampaikan hasil pertemuannya dengan Presiden Hu Jintau.

"Saat itu Presiden menyampaikan ada lima poin kesepakatan kerja sama yang telah dicapai, dan salah satunya, yakni poin kelima adalah terkait usulan pertukaran satwa panda mereka dengan komodo dari Indonesia," paparnya.

Diceritakannya penunjukan TSI Bogor sebagai lokasi penangkaran satwa panda dari Cina tersebut bukannya tanpa alasan.

Usulan untuk mendatangkan satwa panda memang diajukan jajaran direksi PT TSI, sekitar bulan Maret 2012, tepatnya saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta istri dan jajaran kabinetnya berkunjung ke Taman Safari Indonesia Bogor untuk melihat kapasitas penangkaran serta bank sperma aneka satwa langka di kebun binatang tersebut.

"Dari situ presiden mengakui kapasitas dan kualitas penangkaran aneka satwa liar di TSI yang memang sudah bertaraf internasional. Beliau lalu menanyakan apa yang bisa bantu, dan kami mengusulkan agar pemerintah memfasilitasi proses pertukaran panda dengan koleksi komodo milik TSI," terangnya.

Kerja sama dalam hal pertukaran satwa langka tersebut dengan Pemerintah Cina selama ini diakui Frans Manangsang tidaklah mudah. Pihaknya bahkan telah berulangkali mengupayakan tersebut semenjak pemerintahan Soeharto namun gagal karena hubungan kedua negara, saat itu, kurang harmonis akibat orientasi kebijakan luar negeri Indonesia saat itu.

Kondisi sebaliknya terjadi pasca orde baru yang terus mengalami perbaikan hubungan bilateral dengan pemerintah Cina, khususnya semasa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono saat ini.

Disebut Frans, hubungan baik yang sudah terjalin antara Indonesia dengan Cina telah memuluskan langkah Presiden dalam me-renegosiasi sejumlah kerjasama bilateral, termasuk dalam hal pertukaran satwa dilindungi milik kedua negara.

Mengenai jadwal, Frans Manangsang belum bisa memastikan kapan sepasang panda dimaksud bisa segera didatangkan. Ia hanya mengatakan proses itu sedang diupayakan secepatnya dan diharapkan bisa terealisasi pada tahun 2013.

Selain menunggu penunjukan kebun binatang di Negeri Tirai Bambu yang diberi kepercayaan untuk melakukan pertukaran satwa dengan TSI, Frans menyatakan pihaknya juga masih menunggu tim ahli dari China untuk menentukan lokasi serta konsep penangkaran yang sesuai kebutuhan satwa panda dimaksud.

"Semua masih dalam tahap proses. Selain kedutaan RRC di Jakarta terus aktif mengupayakan percepatan proses pertukaran itu, kami dari pihak TSI juga masih harus mengirim setidaknya dua tenaga pemandu ('keeper') ke Cina untuk belajar tata cara perawatan dan penangkaran panda sesuai prosedur yang benar," terangnya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement