Sabtu 06 Oct 2012 06:56 WIB

Pengembangan Energi Panas Bumi Minim Investor

Rep: Heri Purwata/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Energi panas bumi. Ilustrasi.
Foto: greenfieldenergyco.com
Energi panas bumi. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Pemanfaatan, nuklir dan geothermal (panas bumi) yang diharapkan bisa menggantikan energi fosil di Indonesia masih menghadapi banyak kendala.

Meski energi nuklir bisa menjadi alternatif energi yang murah, namun banyak pihak yang menolak. Demikian juga dengan energi geothermal atau panas bumi yang besar, namun minim investor.

"Nuklir bisa menunjang kebutuhan energi selama 60 tahun, dan bisa mencapai 360 tahun jika terus di-recycle. Dan ini murah karena 10 gram bisa untuk 1 megawatt. Tapi masyarakat masih takut, begitu juga dengan dunia industri," kata Menteri Riset dan Teknologi, Gusti Muhammad Hatta, saat kuliah umum di Fakultas Teknik UGM, Jumat (5/10).

Gusti memahami hal itu, tetapi berharap masyarakat tidak sampai menutup mata dengan kemajuan teknologi. "Jangan sampai masyarakat Indonesia tidak mau pintar. Bagaimana jika PLTN ditolak, tetapi negara tetangga buat PLTN di perbatasan? Resikonya kan sama saja," tuturnya.

Persoalan juga terjadi pada pemanfaatan panas bumi. Meski Indonesia diperkirakan memiliki hingga 40 persen, dari cadangan panas bumi di dunia, diakui Gusti masih sedikit yang mau investasi di bidang ini. Padahal pemerintah juga memberikan kemudahan akses investasi di bidang ini.

Hal itu disebabkan, untuk menemukan sumber panas bumi bukanlah hal yang mudah. "Bisa saja setelah dibor ternyata, tingkat panas buminya lemah, atau mungkin tidak ada. Sedangkan untuk pengeboran biayanya tidak murah. Hal ini juga mengakibatkan tidak sebandingnya harga jual produk dengan biaya ekplorasi," jelasnya.

Untuk itu, lanjut Gusti pemerintah berupaya melakukan survei potensi panas bumi di tiap daerah. Dengan survei semacam itu diharapkan bisa muncul pemetaan yang akurat tentang potensi panas bumi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement