REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pemerintah Indonesia akan menyiapkan diri untuk kembali memperjuangkan minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) sebagai produk ramah lingkungan saat menjadi tuan rumah di APEC, Bali, 2013.
Menko Perekonomian, Hatta Rajasa, menjelaskan negosiasi CPO menjadi bagian dari upaya Indonesia mewujudkan perdagangan yang adil, berimbang dan berkelanjutan.
"Itu bagian dari satu pembicaraan dalam perdagangan dan investasi,” ungkap Hatta yang juga menjadi ketua panitia penyelenggara APEC 2013 di kantor Menko Perekonomian, Jakarta, Kamis (4/10).
Hatta menjelaskan upaya negosiasi CPO bakal diawali dengan pembicaraan bilateral dengan negara-negara peserta APEC sebelum berlangsungnya konferensi.
Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan, menjelaskan Indonesia akan mengawali perjuangan memasukkan CPO dalam produk ramah lingkungan ketika kunjungan Environmental Protection Agency ke Jakarta pada 21 Oktober 2012.
Menurutnya, mereka akan mengkaji argumentasi Pemerintah Indonesia bahwa pohon kelapa sawit mampu mereduksi emisi karbon mencapai lebih dari 20 persen.
Gita mengaku sudah berkoordinasi dengan kementerian pertanian dan para pengusaha kelapa sawit untuk menyiapkan argumentasi kepada EPA. "Pokoknya begini deh, dukungan argumen kita bisa mencapai lebih dari 20 persen emisi atau reduksi emisi karbon itu sangat kuat dan akan kita perjuangkan," jelasnya.
APEC 2012, di Rusia, melahirkan 54 produk ramah lingkungan. Itu merupakan prakarsa Amerika Serikat yang didukung Rusia dan Jepang. Semula mereka mengusulkan ada 340 produk, lalu turun menjadi 97 produk, turun lagi menjadi 75, 60, dan akhirnya 54 produk.
Indonesia sebenarnya hanya menyetujui 20 produk saja, salah satu di antaranya adalah kelapa sawit. Cina pun memperjuangkan bambu. Namun, akhirnya hanya bambu yang bisa masuk. Selebihnya adalah barang-barang industri dari negara-negara maju.