REPUBLIKA.CO.ID, WAYKANAN -- Pasokan jengkol di Kabupaten Waykanan, Provinsi Lampung, melimpah seiring panen komoditas 'kancing levis' tersebut.
"Sekarang sedang musim jengkol sehingga harganya turun. Dua pekan lalu Rp 5 ribu per kilogram. Sekarang turun Rp 1.000 menjadi Rp 4 ribu per kilogram," kata Padi, petani dari Kampung Rantujaya, Kecamatan Banjit, di Waykanan, Kamis.
Produksi jengkol pada tahun ini membaik. Meski, tanaman tahunan ini tidak dipupuk atau dirawat secara serius.
"Jika dibandingkan tahun lalu, hasil panen sekarang lebih bagus," ujar Padi lagi.
Pada tahun lalu, dia mendapatkan jengkol sebanyak 4 kuintal dari kebunnya. Sedangkan pada panen sekarang, ia mendapatkan sebanyak 5 kuintal jengkol.
"Satu pohon rata-rata menghasilkan 30 sampai dengan 40 kilogram jengkol," ujar dia lagi.
Padi mengatakan hanya menanam 20 batang pohon jengkol sebagai tanaman sela untuk memanfaatkan lahan dan sebagai peneduh di ladangnya. Warga di sejumlah kecamatan Kabupaten Waykanan, seperti Banjit, Kasui, dan Rebangtangkas bergiat memecah kulit komoditas itu di depan rumah mereka dengan palu dan benda keras lain.
Sejumlah pembeli juga terlihat masuk ke daerah-daerah itu. Hanya saja, kulit jengkol yang cukup keras itu belum dapat dimanfaatkan. Padahal, kulit jengkol dapat digunakan sebagai pupuk organik atau sumber energi pengganti kayu bakar.