Kamis 04 Oct 2012 01:48 WIB

BKMG akan Tambah Sensor Gempa di Lampung

Gempa bumi (ilustrasi)
Foto: www.mediastory.net
Gempa bumi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,BANDARLAMPUNG--Pada akhir 2012 hingga 2015 Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika akan menambah sensor Accelerograph baru, untuk melengkapi yang sudah ada di wilayah Lampung dipasang di Kabupaten Lampung Barat, Tanggamus, Lampung Utara, Lampung Selatan, Kota Bandarlampung.

Menurut Kepala Stasiun Geofisika Kotabumi Lampung, Chrismanto, didampingi Stafnya, Ari Santoso, saat dihubungi dari Bandarlampung, Rabu, rencana pemasangan sensor baru itu dilakukan pada lima tempat di seluruh Lampung.

Penentuan tempat pemasangannya, kata dia, sesuai dengan hasil survei yang dilakukan oleh tim dari BMKG Stasiun Geofisika Kotabumi pada 25-28 September 2012, yaitu di Liwa (Lampung Barat), Krui (Lampung Barat), Bengkunat(Lampung Barat), Kota Agung (Tanggamus), dan Pulau Gunung Anak Krakatau (Lampung Selatan).

Fungsi Accelerograph adalah alat yang digunakan untuk mencatat pergerakan tanah akibat aktivitas lempeng bumi, seperti gempa bumi, kata dia pula.

Chrismanto menjelaskan bahwa dengan adanya alat ini, diharapkan pencatatan gempa bumi tidak hanya mendapat episenter atau pusat gempa, tetapi juga dapat mengetahui daerah-daerah yang berdampak buruk jika terjadi gempa.

Pengumpulan data melalui Accelerograph itu dapat dimanfaatkan dalam mitigasi bencana gempa bumi, pembuatan peta daerah rawan gempa, terutama daerah-daerah yang memiliki potensi besar rusak akibat gempa bumi, ujar dia lagi.

Berdasarkan hasil kerja alat ini, dapat diketahui intensitas gempa bumi atau seberapa besar efek yang ditimbulkan gempa yang terjadi, kata dia.

Pemanfaatan data hasil pencatatan sensor Accelerograph itu diharapkan dapat meminimalkan korban jika ada bencana gempa bumi, yaitu dengan perencanaan pembangunan tata kota atau daerah, dan standard bangunan antigempa sesuai dengan peta daerah rawan gempa bumi.

Selain di Provinsi Lampung, pemasangan sensor Accelerograph dilakukan pula di provinsi lain, seperti Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur.

Chrismanto merincikan, berdasarkan survei ditentukan tipe stasiun untuk setiap titik.

Tipe tersebut adalah Tipe 1 Velocity Meter+Accelerograph, Tipe 2 Accelerograph to Connect Realtime Earthquake Information System, dan Tipe 3 Accelerograph to Connect Existing Network System.

Penentuan tipe stasiun adalah sesuai dengan kriteria, seperti keadaan tanah, keadaan lingkungan seperti aktivitas kendaraan, aktivitas manusia, Seismic Noise, dan lain-lain, ujar dia pula.

Sebagai contoh, pemilihan daerah Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Kabupaten Lampung Selatan adalah untuk mengetahui aktivitas lempeng bumi akibat aktivitas Gunung Anak Krakatau atau gempa bumi di sekitarnya.

Di daerah ini, menurut dia, noise atau gangguan dari aktivitas manusia kecil, hanya aktivitas Gunung Anak Krakatau yaitu gempa.

Masalah yang timbul jika alat diinstall di bawah kaki Gunung Anak Krakatau adalah keamanan baik dari manusia atau alam, kata dia.

Jika terjadi erupsi, kata dia lagi, alat itu akan rentan rusak akibat terkena lahar, suhu yang tinggi atau tertimbun pasir yang panas, sehingga data tidak terkirim.

Alternatif pemasangan alat adalah di daerah Hargo Pancuran, yaitu di lingkungan kantor Pemantau Gunung Anak Krakatau milik PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) yang berjarak sekitar 34 km dari Gunung Anak Krakatau.

"Pemasangan accelerograph baru di berbagai provinsi di Indonesia termasuk di Lampung, diharapkan jaringan sensor accelerograph itu dapat mendukung sistem InaTEWS, Indonesia Tsunami Early Warning System, sehingga informasi yang didapat menjadi lebih valid dan cepat," ujar Chrismanto pula.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement