REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak bangsa di dunia yang melupakan dan menutup rapat-rapat tragedi berdarah yang pernah terjadi negerinya. Tapi, Indonesia justru ingin membuka luka lama soal peristiwa G30 S 1965.
Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Hasyim Muzadi, menyayangkan keinginan sebagian pihak yang terus mengorek luka lama terkait tragedi tersebut. Padahal, sebaiknya seharusnya Indonesia tidak jalan di tempat.
"Banyak bangsa melupakan tragedinya, misalnya Amerika dengan masa perbudakan, Rusia dengan revolusi bolsyewiyk, Cina dengan revolusi kebudayaannya. Mengapa kita membuat luka baru?" tutur Kiai Hasyim di Jakarta, Rabu (3/10).
Menurut pengasuh Ponpes Al-Hikam ini, jika pembahasan terkait tragedi G30 S terus membesar, sebaiknya film 'pengkhianatan G30S PKI' diputar kembali di masjid-masjid, gereja-geraja, vihara, kuil, serta sekolah-sekolah dari SD, SMP hingga perguruan tinggi. Upaya itu, kata Hasyim, agar masyarakat agama dan generasi muda yang sekarang sedang disorientasi menghayati suasana 1964, 1965, dan 1966. baca: Hasyim Muzadi: Jangan Buka Luka Lama Tragedi G30 S).
Sehingga ada pandangan yang tidak sepihak seperti sekarang. Karenanya, Hasyim mewanti-wanti agar umat muslim berhati-hati terhadap intervensi asing yang ingin menginvasi ke Indonesia, serta menguasainya melalui jalur HAM. (baca: Hasyim Muzadi: HAM Ingin Hancurkan Islam).
"Berhati hatilah umat Islam dan bangsa Indonesia,” pungkas Hasyim.