REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Krisis air bersih yang dialami warga di sejumlah desa di Kecamatan Krangkeng, Kabupaten Indramayu, semakin parah.
Selain harus membeli air dari pedagang keliling, mereka juga terpaksa menggunakan air kubangan yang kotor dan berlumut.
Berdasarkan pantauan, kondisi itu dialami warga di tujuh desa di kecamatan tersebut. Yakni, Desa Srengseng, Kapringan, Tegal Mulya, Krangkeng, Desa Tanjakan, Purwajaya dan Singakerta. Di tujuh desa tersebut, krisis air bersih sudah berlangsung lebih dari dua bulan.
“Krisis air bersih di musim kemarau tahun ini snagat parah,” ujar seorang warga di Desa Krangkeng, Darsita (45), Senin (1/10).
Darsita mengungkapkan, sejak musim kemarau tiba, bak-bak tempat penampungan air milik warga menjadi kering. Begitu pula dengan embung dan sumur-sumur yang selama ini menjadi andalan warga untuk mendapatkan air bersih.
Menurut Darsita, saat musim kemarau baru terjadi beberapa bulan lalu, warga di desanya masih bisa memanfaatkan air kolam maupun sungai. Namun, sejak musim kemarau memasuki puncaknya sekitar dua bulan yang lalu, air kolam dan sungai pun mengering.
Warga pun terpaksa menggunakan air kubangan yang sangat keruh dan berlumut. “Sebenarnya kami juga jijik menggunakan air kubangan itu, tapi ini terpaksa,” tutur Darsita.
Hal senada diungkapkan warga lainnya, Maryamah. Dia mengatakan, agar bisa digunakan, maka air kubangan itu disaring terlebih dulu dengan menggunakan kain. Setelah itu, diendapkan seharian untuk memisahkan air dengan lumpur dan kotoran. “Air kubangan itu untuk keperluan mandi, cuci, kakus,” terang Maryamah.
Sedangkan untuk kebutuhan minum dan memasak, Maryamah mengaku membelinya dari pedagang air keliling. Setiap hari, dia harus mengeluarkan uang sekitar Rp 10.000 untuk membeli air bersih.