Sabtu 29 Sep 2012 21:56 WIB

Keluarga Pilot Norman tak Punya Firasat Apapun

Rep: MJ06/ Red: Karta Raharja Ucu
Pesawat Bravo 202 yang jatuh saat beraksi dalam acara Bandung Air Show di Lanud Husein Sastranegara,Bandung,Sabtu (29/9).
Foto: Edwin Dwi Putranto/Republika
Pesawat Bravo 202 yang jatuh saat beraksi dalam acara Bandung Air Show di Lanud Husein Sastranegara,Bandung,Sabtu (29/9).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sonni Saddak, adik mendiang Marsma TNI (Purn) Norman T Lubis, salah satu pilot Pesawat Bravo AS Seri 202 dengan No registrasi LM 2003 yang jatuh saat atraksi udara di Bandung Air Show (BAS), Sabtu (29/9) siang, mengungkapkan mendiang Norman adalah sosok yang teliti.

Saat berbincang dengan ROL, di kediaman Norman di Jalan Flores nomor 4, Bandung, Jawa Barat, Sonni mengungkapkan mendiang yang lahir Aceh berasal dari keluarga dokter. Ia kemudian berkarir di Angkatan Udara (AU) sampai 1998.

Setelah pensiun dari AU, almarhum aktif menjadi dokter praktek di Bandung Eye Center, di Jalan Sumbawa. Bahkan almarhum pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Kesehatan di Jakarta.

Pada waktu luangnya almarhum meneruskan hobinya mengarungi langit luas, setiap Sabtu dan Minggu. Bahkan almarhum memiliki pesawat pribadi. (baca: Karena Displin, Pilot Norman Dijuluki ABRI Herang).

"Meskipun demikian, almarhum Norman selalu memperhatikan keselamatan dan teliti tiap menerbangkan burung besi tersebut," aku Sonni.

Ketika ditanya apakan keluarga memiliki firasat sebelum Norman meninggal. Sonni menjawab singkat, "Tidak merasakan firasat apapun sebelum kejadian tersebut terjadi."

Norman meninggalkan seorang istri, tiga anak perempuan dan dua cucu perempuan. Anaknya bernama Nasya Yohara Lubis, Nanda Annisa Lubis, Nindya Zanarya Lubis. Rencananya, almarhum akan disemayamkan di Simaraga. (baca: Pilot Norman Dikenal Disiplin dan Murah Hati).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement