Kamis 27 Sep 2012 14:20 WIB

'Human Error' Diduga Penyebab Tabrakan KM Bahuga Jaya

Rep: Indah Wulandari/ Red: Hazliansyah
Sejumlah petugas mengevakuasi korban selamat insiden tabrakan kapal Bahuga Jaya di Dermaga II Pelabuhan Bakauheni, Lampung, Rabu (26/9).
Foto: Antara/Kristian Ali
Sejumlah petugas mengevakuasi korban selamat insiden tabrakan kapal Bahuga Jaya di Dermaga II Pelabuhan Bakauheni, Lampung, Rabu (26/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi V DPR RI, Yudi Widiana Adia, mengatakan tabrakan antara Kapal Motor Bahuga Jaya dan Kapal Tanker Norr Gaftar bukan karena faktor cuaca.

“Saya sudah cek langsung ke BMKG Lampung yang memiliki stasiun meteorologi terdekat dengan lokasi kejadian, dan informasi dari BMKG, saat kejadian tinggi gelombang hanya sekitar 0,75-1,25 meter.  Gelombang setinggi ini masih safe (aman) untuk pelayaran. Jadi, jangan menyalahkan cuaca musibah ini,” kata Yudi di Jakarta, Kamis (27/9).

 

Selain itu, kata Yudi, informasi yang didapatnya dari BMKG juga menegaskan bahwa kecepatan angin hanya berkisar 5-10 knot atau 9-18 km/jam dan cuaca juga dilaporkan sangat cerah dan tidak mendung. "Jadi jarak pandang juga bagus,” kata Yudi.

 

Dari beberapa data yang diperolehnya, Yudi menduga penyebab tabrakan lebih karena faktor kelalaian manusia (human error). Menurut Yudi, dari kronologis yang disampaikan Polri, tergambar jelas bahwa ada unsur kelalaian dalam musibah tabrakan kapal ini.

Dari sisi kelaikan kapal, kata Yudi, kondisi kapal yang sudah uzur dengan usia lebih dari 40 tahun membuat kekuatan badan kapal menurun akibat korosi.

“Data yang kami dapat dari Indonesia Maritime Institute, Kapal Bahuga Jaya dengan nomor  Imo 7206392 ini dibuat di galangan Ulstein MAK, Norwegia tahun 1972. Bayangkan kapal yang sudah berusia 40 tahun yang sudah termakan korosi ditabrak tanker dengan muatan, tentu hancur seperti kaleng kerupuk. Tidak mungkin kapal besar  bisa tenggelam dalam waktu cepat, jika kerusakannya hanya kecil,” kata Yudi

 

Yudi juga mempertanyakan sistem navigasi kapal milik PT Pel Atosim Lampung ini. Seharusnya, kapal-kapal yang beroperasi di jalur padat apalagi mengangkut penumpang sudah dilengkapi dengan radar modern yang dapat mendeteksi langsung jarak antar kapal, jarak kapal dengan daratan dan jarak kapal dengan daerah bahaya.

Karena itu, Yudi mendesak Kementerian Perhubungan untuk melakukan audit kelaikan teknis atas semua kapal yang beroperasi di penyeberangan Merak-Bakauheni, termasuk audit terhadap manipulasi umur kapal yang dipalsukan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement