Rabu 26 Sep 2012 14:20 WIB

Harga tak Naik, Petani Garam Ancam Tutup Suramadu

Rep: Dwi Murdaningsih/ Red: Hafidz Muftisany
Petani Garam (ilustrasi)
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Petani Garam (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Petani garam masih berharap pada pemerintah bisa menaikkan harga garam. Petani garam asal Jawa Timur Akhmad Effendi mengancam akan menutup akses jembatan Suramadu jika harga garam belum membaik.

Harga garam di tingkat petani anjlok dibandingkan harga yang diatur pemerintah dalam Peraturan Direktur Jendral Perdagangan Luar Negeri nomor 02/DAGLU/PER/V/2001. Dalam peraturan itu, garam K1 dipatok seharga Rp 750 dan garam K2 dipatok Rp 550 per kilogram. Sementara, haraga garam di petani hanya Rp 250. Kondisi harga ini belum membaik hingga sekarang.

Senada, Ketua Asosiasi Petani Garam Seluruh Indonesia (Apgasi) Syaiful Rohman masih menunggu waktu sekitar dua pekan agar harga garam kembali normal sesuai peraturan. Namun, jika selama dua pekan belum ada perbaikan, mereka juga mengancam akan aksi tebar garam di Jakarta.

"Kita tunggu waktu dua pekan, kemarin sudah ada rapat di kantor menko," ujar dia saat ditemui di Jakarta, Rabu (26/9). Ia mengatakan membanjirnya garam impor untuk kebutuhan konsumsi tahun 2012 menyebabkan harga menjadi anjlok. Sisa garam impor di gudang para importir masih ada sekitar 250 ribu ton. Hal ini mengakibatkan garam rakyat tidak terbeli oleh importir.

Petani garam meminta pemerintah tidak melakukan importasi garam konsumsi di tahun 2013 untuk mencegah harga garam kembali jatuh. Berdasarkan perkiraan kelebihan garam impor dan produksi lokal, menurutnya sudah mencukupi kebutuhan garam nasional sebesa 1,4 juta ton.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement