REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fauzi Bowo mengaku meninggalkan anggaran sebesar Rp 45,3 triliun di Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta. "Awal saya menjabat anggaran Jakarta sebesar Rp 20,1 triliun," kata Fauzi Bowo di Ruang Pola Gedung Pemprov Jakarta Timur, Selasa (25/9). 

Dia mengatakan jumlah anggaran yang meningkat tersebut adalah hasil dedikasi selama menjabat sebagai gubernur di DKI Jakarta. Selain itu, menurutnya selama dia memimpin Jakarta pendapatan per kapita penduduk Jakarta juga meningkat. Dia menyebut pendapatan per kapita saat ini telah mencapai 11 ribu dolar per tahun. Sedangkan, di awal jabatannya hanya 6 ribu dolar per tahun. "Meski belum naik dua kali lipat, yang jelas ada peningkatan," ujarnya.

Menurutnya tolok ukur keberhasilan tersebut di antaranya ditunjukkan dengan penjualan kendaraan bermotor seperti mobil dan motor baru yang paling banyak di Jakarta. Hal tersebut merupakan pertanda ekonomi warga yang  makin baik.

Fauzi Bowo juga menyebut program pendidikan gratis selama 12 tahun dan penurunan penderita demam berdarah adalah program yang harus dilanjutkan oleh pemerintah di masa mendatang. Namun, diakuinya masih banyak program di kepemimpinannya yang belum bisa dibilang berhasil.

Di hadapan pejabat di jajaran Jakarta Timur, dia mengakui kemacetan di Jakarta belum bisa diatasi. Selain itu, juga masalah e-KTP yang belum beres. "Perizinan satu pintu juga masih dikeluhkan," kata Fauzi dalam acara pamit di akhir masa dinasnya.

Dia berharap agar seluruh jajarannya yang telah mendukungnya dari lurah hingga walikota tetap bekerja dengan baik dan menjauhkan diri dari sikap ekosentrisme dan egoisme. Sementara kepada gubernur terpilih dia berharap Jakarta semakin maju. "Saya merasa Pak Jokowi lebih mengetahui," kata dia.

Ikuti Whatsapp Channel Republika