REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah LSM mendesak pemerintah untuk secepatnya memasukan secara khusus pelajaran antiterorisme di Indonesia. Menurut Ketua Jamaah Islamiyah Mantiqi III, Nasir Abbas, dengan dimasukkannya pelajaran antiterorisme ini adalah untuk meminimalisir dan menghindarkan para pelajar SMU terlibat dalam aksi terorisme seperti yang terjadi di solo beberapa waktu lalu.
"Cara yang efektif untuk menghindari atau memerangi terorisme adalah dengan memberikan pelatihan kepada anak-anak SMU, bahkan jika perlu dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah mengenai bahaya terorisme," jelasnya dalam pelatihan terhadap lebih dari 1.000 Pelajar SMU dan siswa ponpes se Indonesia yang diadakan Lazuardi Birru, Ahad (23/9).
Nasir Abas menjelaskan pola rekrutmen terorisme saat ini cenderung membidik anak-anak SMU, karena mereka masih dinilai labil dan mudah dipengaruhi. Dengan doktrin tertentu dan iming-iming masuk surga membuat mereka mau melakukan aksi tersebut.
"Para pelaku terorisme mengincar anak-anak muda yang gampang dicuci otaknya untuk menjadi seorang teroris karena mereka masih labil dan mudah dipengaruhi,"tambahnya.
Keterlibatan, seluruh elemen masyarakat sangat diperlukan selain memasukannya dalam kurikulum khusus di sekolah, terutama LSM dan tokoh agama. Namun, kata dia, yang paling penting adalah peran orang tua dalam mengawasi segala kegiatan anaknya di luar rumah," lanjut Nasir Abas.
"Pelatihan terhadap 5.000 anak2 SMU se Indonesia hari ini harus diteruskan dilakukan di daerah terutama daerah yang menjadi basis terorisme, sehingga anak muda yang ada di sana tidak mudah mengikuti ajakan para pelaku teror seperti yang terjadi belakangan ini," tegasnya.
Ketua Lazuardi Birru, Dhyah Madya Ruth mengatakan, kekerasan yang terjadi belakangan ini kerap diidentikkan dengan remaja. Padahal remaja yang terlibat dalam aksi radikal dan terorisme merupakan korban ideologi kekerasan sendiri.
"Genersi muda merupakan target yang paling mudah dan utama direkrut oleh kelompok radikal dan teroris. Untuk itu remaja harus diberi bekal yang cukup, sehingga mereka bisa membentengi dirinya dari bahaya radikalisme dan terorisme yang kerap mengintai," papar Dhyah.