Rabu 19 Sep 2012 15:43 WIB

Pakar: Tsunami tak Selalu Didahului Laut Surut

Alat peringatan dini tsunami (ilustrasi).
Foto: Blogspot.com
Alat peringatan dini tsunami (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG - Para pakar Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Earth Observatory of Singapore (EOS) menyatakan tsunami yang terjadi akibat adanya gempa tidak selalu ditandai dengan surutnya air laut.

"Pemodelan tsunami yang sudah kami lakukan bersama rekan-rekan Institut Teknologi Bandung (ITB), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan DKP menunjukkan bahwa air surut tidak terjadi," ungkap pakar dari EOS, Jamie Mc Caughey, saat 'Pelatihan Penyusunan Rencana Kontinjensi Menghadapi Bencana Tsunami di Kota Padang' yang dilangsungkan di Hotel Rocky, Padang, Rabu.

Jamie mengatakan hal ini disebabkan hampir seluruh dasar perairan di Barat Padang langsung terangkat ketika gempa terjadi. Sehingga, gelombang tsunami yang terbentuk itu langsung naik.

Hal itu diungkapkan setelah adanya penelitian ilmiah terkait kemungkinan terjadinya gempa dengan kekuatan 8,8 Skala Richter yang berpusat di patahan "Sunda Megathrust". Patahan yang terletak di antara Pulau Siberut dan Sipora, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Baat.

Gempa itu diperkirakan dapat memicu terjadinya tsunami besar pada suatu saat dalam kurun waktu yang tak bisa ditentukan. Itu mulai dari sekarang hingga beberapa puluh tahun ke depan di wilayah Provinsi Sumatera Barat.

"Jika merasakan gempa kuat atau berlangsung lebih dari satu menit, masyarakat harus segera mengungsi dari daerah pesisir pantai atau dataran tinggi," ujar Jamie. "Masyarakat disarankan agar tidak menunggu peringatan. Sebab, gempa bisa jadi dapat merusak infrastruktur komunikasi,''

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement