Selasa 18 Sep 2012 21:10 WIB

Ada Peran Elite di Konflik Sunni-Syiah

Rep: Umi Lailatul / Red: Djibril Muhammad
Ketua Dewan Syuro Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI), Djalaludin Rakhmat
Foto: Antara
Ketua Dewan Syuro Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI), Djalaludin Rakhmat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ketua Dewan Syuro Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (IJABI), Djalaludin Rakhmat menyatakan ada banyak faktor penyebab terjadinya kerusuhan di Sampang, Madura. Dia menengarai ada peran elite di antara konflik tersebut. Ada motif-motif lain seperti politik, keluarga di balik itu.

"Sebagai contoh dalam kasus insiden Sampang, motif politik dan keluarga kemudian diberi warna agama melalui konflik Sunni-Syiah," kata dia, di Jakarta, Selasa (18/9).

Dia menambahkan ada pihak-pihak lain yang ingin memecah belah kaum Sunni dan Syiah baik di tingkat nasional maupun global. "Sebenarnya Sunni dan Syiah di sana tidak ada apa-apa. Masalah itu malah ada di kalangan elite yang punya kepentingan tertentu," kata dia.

Terkait hal itu, Djalal mengatakan rakyat kecillah yang justru jadi korbannya. "Mereka tidak punya kemampuan untuk menghadapi kepentingan elite tersebut. Apalagi jika dilihat, warga di sana banyak yang miskin. Kiai-kiainya saja miskin, kecuali Kiai yang sudah di tingkat nasional," kata dia.

"Waktu penyerangan kemarin, ada pengerahan 46 truk, dan puluhan jerigen. Ini, tentunya butuh banyak biaya. Darimana mereka mendapatkannya? Pasti ada yang membiayai," kata Djalal.

Djalal menambahkan kondisi tersebut diperparah dengan lemahnya penegakan hukum. "Harus ada tindakan tegas dari pemerintah. Siapa saja yang bertindak kejahatan harus dihukum. Karena kuasa itu ada di tangan pemerintah. Dan tentunya penyerangan tersebut telah melanggar konstitusi," katanya.

Djalal mencontohkan kasus berbau SARA juga pernah terjadi di Bondowoso. Namun, kasus itu tidak terjadi lagi karena pelakunya sudah ditangkap dan dihukum oleh pengadilan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement