REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Hingga Jumat (14/9), Gunung Anak Krakatau (GAK) masih tercatat "batuk-batuk", setelah sebelumnya pada Ahad (2/9) mulai terjadi peningkatan aktivitas vulkaniknya. Gunung berapi ini masih berstatus waspada, akibatnya wisatawan, nelayan, dan masyarakat dilarang mendekat dalam radius tiga kilometer.
Menurut Kepala Pos Pemantau GAK di Desa Hargo Pancuran, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, Andi Suardi, status GAK sejak 2 September lalu mash waspada, dan letusan dan gempa masih terjadi.
"Masih terjadi gempa vulkanik dan tremor," kata Andi saat dihubungi Republika di Lampung Selatan, Jumat (14/9).
Ia mengatakan pihaknya memperoleh data kegempaan dan letusan GAK dari Pos Pemantau di Carita, Anyer, Banten. Pasalnya, alat seismograf milik pos pemantau di Lampung mengalami kerusakan parah saat terjadi peningkatan aktivitas vulkanik GAK awal September lalu. "Belum diperbaiki alatnya," ujarnya.
Data yang diperoleh Andi, terjadi 11 kali gempa vulkanik dalam, 180 kali gempa vulkanik dangkal, dan 45 kali gempa tremor. Selain itu, pihaknya juga mencatat terjadi semburan dari dalam kawah GAK yang mengelurkan material.
Status waspada GAK sebenarnya sudah ditetapkan sejak tahun 2009 silam. Status ini belum pernah diturunkan, bahkan pernah dinaikkan menjadi siaga. GAK mengalami kegemaan yang berfluktuatif, sehingga kondisi gunung berapi ini terus dalam pemantauan petugas, karena sewaktu-waktu dapat terjadi kegempaan vulkanik dan erupsi.