Selasa 11 Sep 2012 18:41 WIB

Demi Air, Rela Berbagi dengan Sapi

Rep: Rr. Laeny Sulistyawati/ Red: Hafidz Muftisany
Musim kemarau panjang (ilustrasi).
Foto: Antara/Yusran Uccang
Musim kemarau panjang (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, CIBARUSAH--Persoalan kekeringan masih belum usai. Kali ini warga Jalan Cibarusah Ridogalih Gempol 1, Kecamatan Cibarusah, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat harus rela berjalan sejauh tiga kilometer untuk mendapatkan air. Ironisnya, mereka berbagi air dengan air bekas mandi Sapi dan Kerbau.

Seorang warga setempat, Nur Aini Putri (11) mengatakan kekeringan sudah terjadi di daerahnya sejak dua bulan yang lalu atau Juli silam."Mencari air susah. Mau mandi juga susah karena harus cari air terlebih dahulu,” kata Nur dengan polos kepada Republika, Selasa (11/9).

Nur mengeluhkan, ketika dirinya hendak berangkat sekolah setiap pagi hari, dia harus berjalan kaki ke sungai Cihoe, sungai yang ada di dekat rumahnya.

"Saya pernah mandi di sungai ketika akan masuk sekolah, setelah itu ternyata saya terlambat," ucap pelajar kelas VII Sekolah Menengah Pertama (SMP) 2 Cibarusah, Kecamatan Cibarusah, Kabupaten Bekasi ini.

Akhirnya Nur kadang-kadang terpaksa tidak mandi ketika hendak sekolah karena letak sungai yang jauh yang membuatnya terlambat. Nur tidak sendiri, dia bersama ratusan warga dan teman-temannya merasakan persoalan yang sama."Kadang saya juga mandi di sungai Cianggong, karena sungai Cihoe juga mulai surut," ujar Nur.

Nur mengisahkan jalan menuju sungai Cianggong harus ditempuh dengan berjalan kaki melewati sawah terlebih dahulu. “Jadi sepeda motor tidak dapat masuk ke sungai, karena hanya dapat melewati sawah,” tutur Nur.

Nur menceritakan, dirinya terpaksa mandi dan mencuci pakaian dengan air sungai yang telah dipakai mandi oleh hewan ternak seperti Sapi dan Kerbau. Tidak hanya untuk mandi, Nur juga membawa baju cuciannya untuk dicuci di sungai.

Nur mengaku dirinya sebenarnya pernah merasa lelah karena jarak tempuh rumah ke sungai yang jauh. “Saya pernah menangis ke orang tua saya karena pegal berjalan,” kata Nur. Ironisnya, Nur mengatakan sampai saat ini, belum ada bantuan dari pemerintah. “Semoga pemerintah memberikan bantuan air,” harap Nur tulus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement