REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA--Masalah air bersih dan pemeliharaan kesehatan lingkungan, masih menjadi barang mewah di Indonesia. Jumlah penduduk yang belum terakses dengan kesehatan lingkungan dan air bersih, masih cukup besar, mencapai 109 juta orang.
Kondisi itu terungkap dalam jumpa wartawan The Third East Asia Ministerial Conference on Sanitation and Hygiene, di Nusa Dua Bali, Senin (10/9). Jumpa wartawan menghadirkan Menteri Kesehatan Dr Nafsiah Mboi M.Ped., MPH, Deputi Sarana dan Prasarana Kementerian PPN/Bappenas, Dedy S Priatna, dan juga Dirjen Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama.
Nafsiah membenarkan situasi itu, dan menyatakan bahwa masalah pemeliharaan kesehatan lingkungan dan air bersih menjadi masalah bersama antara pemerintah dengan masyarakat. Ia mengatakan bila hanya pemerintah saja yang membuatkan program dan memberikan bantuan, sementara masyarakat bersikap tidak peduli, maka program itu akan sia-sia.
"Tapi kalau masyarakat yang merasa perlu dan menganggap kedua masalah itu diperlukan, maka penanganan masalahnya akan cepat selesai," kata Nafsiah. Kurangnya akses yang didapat masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan lingkungan dan kemudahan mendapatkan air bersih kata Nafsiah, bisa berdampak luas terhadap kehidupan dan kesejahteraan mereka.
Misalnya tanpa adanya air besih, masyarakat tidak bisa memasak dengan higin dan tidak bisa pula mencuci tangannya ketika hendak makan. Artinya, bila tidak ada air bersih, maka masalah kesehatan akan menjadi barang mahal.