REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Ustadz Bachtiar Nasir mengingatkan umat Islam Indonesia untuk tidak memilih calon pemimpin yang terserang virus al-wahn (rasa takut), yaitu calon pemimpin yang takut mati karena mencintai dunia.
''Meski ia pintar, kaya, dan hebat managemen kerjanya, calon pemimpin seperti ini yang terserang virus al wahn (rasa takut) mudah melupakan janji pada rakyat yang telah memilihnya, karena sibuk memperkaya diri,” tandas Ustad Bachtiar Nasir pada acara halal bihalal yang diselenggarakan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Bali di Aston Grand Denpasar Bali Ahad (9/9) malam.
Hadir dalam acara halalbihalal yang mengambil tema “Menggugah Kebersamaan menuju Ukhuwah Islamiyah” tersebut Wakil Gubernur Bali Aan Puspayoga yang hadir atas nama pribadi, H Ahmad Taufik SAg, ketua MUI Provinsi Bali, H Sunhaji, Penasehat MUI Bali, KH Nurhadi, tokoh NU Bali, H Muljono, tokoh Muhammadiyah, H Roihan Muchlis, ketua LP POM MUI Bali, H Hasan Basri Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, pengurus FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama), para ulama dan tokoh terkemuka di Bali, para pengurus majelis Ulama Indonesia Propvinsi Bali dan pengurus MUI Kabupaten, para pengurus ormas Islam se-Bali serta sejumlah pengusaha dari berbagai bidang termasuk yang tergabung dalam Jaringan Pengusaha Muslim Indonesia (JPMI).
Lebih lanjut, Ustadz Bachtiar Nasir yang sehari-hari dikenal sebagai Pimpinan Ar-Rahman Qur'anic Learning (AQL) Center ini, mengingatkan para calon pemimpin politik di negeri ini yang sedang sibuk bertarung menghadapi Pilkada juga Pilpres 2014 mendatang, bahwa penguasa masa lalu seperti Fir’aun, Namrud, dan Thalut dimusnahkan Allah SWT bukan karena kegagalannya dalam membangun ekonomi, politik kekuasaan dan pembangunan negaranya. “Mereka dimusnahkan Allah SWT karena telah ingkar janji pada Allah, serta menyimpang dari tuntunan risalah para nabi dan rasul yang diutus,” tegas Bachtiar mengingatkan.
Dalam konteks kekinian, ulama muda dari Universitas Islam Madinah Arab Saudi ini menjelaskan, bentuk pengingkaran kepada ajaran Allah dan tuntunan Rasulullah yang banyak dilakukan para pemimpin dan politikus di negeri ini, sering atas nama pertimbangan politik ia mengorbankan nilai-nilai agamanya. “Dan demi pertimbangan ekonomi, ia jual aqidahnya, serta demi pertimbangan pembangunan atas nama persatuan, ia kalahkan kebenaran,” katanya.
Ketika menyinggung konsep 'Teologi Kekuasaan' sesuai Al Qur’an, ustaz yang memelopori gerakan 'Tadabbul Qur'an' di berbagai daerah Indonesia termasuk wilayah Bali, Bachtiar mengatakan kekuasaan harus direbut dengan pertarungan. “Kekuasaan bukan hadiah atau pemberian. Jadi, setiap orang harus berjuang dan bertarung keras untuk meraih kemenangan yang diharapkan,” tandasnya seraya mengutip Surat Ali Imran ayat 26 yang artinya, hanya Allah-lah pemilik keuasaan. ''Kekuasaan hanya diberikan kepada orang yang Dia pilih. Tapi yang dipilih itu belum tentu dicintai Allah,” katanya.
Contohnya seperti Fir’aun, Namrud, dan Thalut yang telah dipilih Allah untuk berkuasa, tetapi karena tidak dicintai Allah akibat mengingkari janjinya dengan mempersekutukan Allah, lewat kekuasaan yang dipegangnya, mereka justru dihinakan bahkan dimusnahkan Allah dari muka bumi. “Rumus untuk bisa menang dalam pertarungan memperebutkan kekuasaan, yaitu orang-orang yang ditolong Allah, karena telah mengedepankan nilai-nilai persatuan seperti yang diajarkan dalam tuntunan shalat berjamaah,” papar Bachtiar.
Menyinggung kenapa sejak muncul partai Islam Masyumi sejak Pemilu 1955 hingga saat ini tidak pernah ada parpol Islam yang menang Pemilu, menurut Bachtiar hal itu disebabkan karena ummat Islam belum bersatu. “Partai Islam masih mementingkan kelompoknya sendiri-sendiri. Belum mementingan kepentingan perjuangan Islam itu sendri,” tandas Bachtiar menambahkan.