Senin 10 Sep 2012 12:41 WIB

Bom Depok dan Tambora Berkaitan

Rep: c74/ani nursalikah/esthi maharani/c52/ Red: Heri Ruslan
Polisi melakukan olah TKP di lokasi 'Bom Depok'
Foto: Republika/Agung Fatma
Polisi melakukan olah TKP di lokasi 'Bom Depok'

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ahmad Reza Safitri, Rusdy Nurdiansyah

JAKARTA —- Peristiwa ledakan bom di Depok, Jawa Barat, pada Sabtu (8/9) malam memiliki kaitan dengan penemuan bom di Tambora, Jakarta Barat, beberapa hari sebelumnya. Salah seorang pelaku yang beraksi dalam dua kejadian itu adalah orang yang sama.

"Kemungkinan besar sama dengan yang di Tambora," kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai, di Kantor Kemenko Polhukam, Ahad (9/9). Mbai juga mengisyaratkan ada kaitan dua peristiwa itu dengan kejadian teror di Solo yang menewaskan seorang polisi.

Sebelum terjadi ledakan di Depok, polisi menangkap Firman sebagai terduga teroris di Kalimulya, Depok. Firman diduga terlibat dalam serangkaian aksi teror di Solo selama Agustus 2012. Senjata yang digunakan dalam teror di Solo itu sama persis seperti barang bukti yang ada di Depok, yakni bareta dengan jenis peluru yang juga serupa.

Dalam penemuan bom di Tambora, polisi memburu terduga teroris Muhammad Toriq yang kemungkinan memiliki bahan peledak itu. Toriq kabur setelah warga mencurigai aktivitas di rumahnya yang mengeluarkan kepulan asap. Polisi menyita berbagai alat perakitan bom dan detonator di rumah tersebut.

Pada pukul 17.30 WIB, kemarin, seorang pria yang mengaku bernama Toriq menyerahkan diri ke pihak kepolisian. "Dia menyerahkan diri ke Pos Pol Jembatan Lima (Tambora, Jakarta Barat)," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Rikwanto. Dia diserahkan ke Direktorat Kriminal Umum Polda Metro Jaya untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Namun, polisi belum bisa memastikan keterlibatan Toriq dalam bom di Jalan Nusantara, Beji, Depok, Sabtu (8/9), pukul 21.30 lalu itu. Dari tiga korban luka, satu di antaranya menderita luka parah dengan luka bakar 70 persen dan tangan nyaris putus yang kini dirawat di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur. Dua korban lain menderita luka ringan, yakni Mulyadi Hidayat (32 tahun) dan Febri Bagus Kuncoro (20).

Polisi belum mengungkap identitas korban yang terluka parah itu. Kepala Bagian Penanganan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Boy Rafli Amar mengatakan, korban yang luka parah sedang menjalani tes DNA. "Hasil tes tersebut disamakan dengan orang tua (ibu) dari tersangka Toriq," kata Boy, Ahad (9/9). Polisi telah mengumpulkan 11 saksi yang merupakan warga di kawasan tersebut.

Di bangunan yang menjadi lokasi ledakan bom terdapat spanduk bertuliskan Yayasan Yatim Piatu Pondok Bidara. Bangunan itu awalnya digunakan sebagai sarana pengobatan tradisional dan penjualan obat herbal. Para penghuni rumah itu baru sekitar satu bulan menempati bangunan. Pengontrak bangunan itu adalah Yusuf Rizaldi (40). Warga melihat ada dua orang lari meninggalkan bangunan itu tak lama setelah ledakan terjadi.

Dari dua orang yang kabur itu, salah satunya kemungkinan adalah Yusuf. Seorang warga yang tinggal di kawasan kontrakan, Riantori Satrio (33), mengatakan, beberapa saat setelah ledakan, dia melihat satu orang tanpa baju kabur menjauhi rumah dan jalan utama. Menurut Satrio, laki-laki itu berusia sekitar 40 tahun dan tinggi sekitar 170 sentimeter. "Hanya mengenakan celana pendek," katanya.

Menurut Boy, penyebab ledakan kemungkinan akibat kelalaian korban dalam memperlakukan bom tersebut. Akibatnya, ledakan tidak sesuai target waktu yang ditentukan. "Sementara ini, kami menduga, lokasi itu merupakan gudang penyimpanan senjata dan bahan peledak," kata Boy. Sementara, yayasan yatim piatu yang tertulis di bangunan itu hanya sebagai kamuflase.

Barang bukti dari lokasi ledakan, di antaranya adalah tiga granat berjenis nanas, manggis, dan asap, satu pucuk senjata Baretta dengan 17 butir peluru, dua pucuk senjata enggran (jenis serbu) dalam bentuk masih rangkaian, dan 50 butir peluru kaliber 9,9 milimeter. Selain itu, 30 butir peluru 2,2 milimeter buatan Pindad, lima baterai 9 volt, satu laptop, serta alat-alat perakitan bom.

Menko Polhukam Djoko Suyanto mengatakan, kejadian di Depok merupakan teror yang sangat bertentangan dengan kemanusiaan dan upaya menciptakan rasa aman di masyarakat. Pemerintah, kata Djoko, akan sekuat tenaga mencari dan menemukan pelaku maupun motif ledakan bom. Djoko meminta masyarakat yang memiliki informasi agar menyampaikannya kepada polisi.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang sedang berada di Rusia sudah mendengar kabar ini. "Presiden sudah dilaporkan oleh Menko Polhukam dan segera memerintahkan Kapolri untuk segera mengejar pelaku, yang disesalkan Presiden karena jatuhnya korban," kata Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha, Ahad (9/9). Presiden juga segera mengusut peristiwa ini agar diketahui latar belakang dan penyebabnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement