REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Ansyaad Mbai, mengungkapkan pelaku peristiwa ledakan bom rakitan di Beji, Depok memiliki keterkaitan dengan terduga teroris di Tambora.
"Kemungkinan besar sama dengan yang di Tambora," kata Mbai saat ditemui usai acara konferensi pers peristiwa ledakan Depok, di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenko Polhukam), Ahad (9/9).
Pada barang bukti yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP), didapati sebuah surat wasiat. Menurut Mbai, surat tersebut ditujukan pelaku kepada ibu, istri, dan anaknya. Dalam surat tersebut juga pelaku mengatakan tengah mencari ridho tuhan. Meski demikian, Mbai enggai mengungkapkan identitas penulis. "Nanti saya diungkapkan," ujarnya.
Sementara saat ditanyai apakah pelaku Depok juga memiliki keterkaitan dengan peristiwa teror Solo, menurut Mbai, sebelum ledakan di Depok pecah, diketahui bahwa telah terjadi penangkapan kepada terduga pelaku teror Solo, yakni Firman.
Seperti diketahui, Firman ditangkap polisi di Jalan Raya Kalimulya, Perumahan Anyelir, Depok, Jawa Barat, Rabu (5/9/). Firman diduga terlibat dalam serangkaian aksi teror di Solo selama Agustus 2012. "Kemudian Anda lihat sendiri senjatanya itu persis sama seperti di Depok," ungkap Mbai.
Adapun senjata yang didapat di Depok adalah berjenis bareta dengan jenis peluru yang juga serupa. Dugaan mengenai apakah senjata tersebut berasal dari Filipina, Mbai enggan menjawab. "Tunggu saja dari penyidik," ujarnya.
Mbai hanya menerangkan bagaimana kemungkinan senjata asal Filipina yang bisa masuk ke Indonesia. Dia mencontohkan Umar Patek. Umar, kata Mbai, membawa senjata melalui perbatasan. "Perbatasan Indonesia yang termudah dimasuki dari luar," kata dia.