REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMGB)) Surono mengatakan Gunung Anak Krakatau meletus dan sempat meningkat dalam beberapa hari terakhir merupakan bagian dari proses menyeimbangkan diri dengan alam.
"Gunung Anak Krakatau ini gunung api muda, jadi harus sering meletus supaya besar dan tinggi. Tiap tahun dia meletus," kata Surono usai diskusi tentang kemitraan Indonesia dan Amerika Serikat dalam program pencegahan bencana gunung berapi di Jakarta, Rabu.
Menurut Surono, meletusnya gunung api muda dalam frekuensi yang lebih tinggi lebih baik daripada meletusnya dalam frekuensi yang lebih rendah.
"Itu lebih bagus (sering meletus) daripada ia menyimpan energi yang terlalu besar," ujarnya.
Saat ini Gunung Anak Krakatau meletus dengan ketinggian kurang dari 1.000 meter, tutur Surono.
"Saya merekomendasikan kepada masyarakat untuk tidak mendekat dalam radius satu kilometer dari titik letusan, kalau mengikuti pasti selamat. Biarkan Anak Krakatau itu meletus, biarkan ia menyeimbangkan diri. Yang kecil harus dinamis, seperti Anak Krakatau, supaya tinggi dan besar," kata Surono.
Aktivitas Gunung Anak Krakatau pada Rabu ini sudah kembali normal.
Petugas pemantau Gunung Anak Krakatau dari BKSDA Lampung mengatakan saat ini masih terjadi tremor dan gempa vulkanik namun intensitasnya masih normal.
Meski sudah kembali normal pengunjung belum diperbolehkan mendekati gunung tersebut. Petugas pemantau juga masih berjaga-jaga dengan menggunakan kapal patroli di sekitar gunung.
Titik letusan Gunung Anak Krakatau berada di puncak gunung, sehingga berbeda dengan titik letusan yang terjadi pada 2007 dan 2010 lalu, yaitu berada di bagian selatan puncak gunung.
Status Gunung Anak Krakatau saat ini masih tetap pada level II atau waspada, sehingga rekomendasi yang disarankan kepada warga untuk tidak mendekat pada radius satu kilometer dari gunung tersebut.