Selasa 04 Sep 2012 07:09 WIB

Pemerintah Didesak Antisipasi Dampak Gunung Anak Krakatau

Semburan material panas mengepul dari kawah gunung Anak Krakatau di Selat Sunda.
Foto: Antara/Rezza Estily
Semburan material panas mengepul dari kawah gunung Anak Krakatau di Selat Sunda.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG - DPRD Lampung meminta pemerintah dapat mengantisipasi dampak aktivitas Gunung Anak Krakatau (GAK) yang debu vulkaniknya sudah menyebar sampai Bandarlampung dan beberapa daerah lainnya.

"Pemerintah provinsi, kota maupun kabupaten di sini perlu mengantisipasinya, seperti membagikan masker untuk masyarakat, karena aktivitas vulkanik yang debunya sudah menyebar ke mana-mana, bisa berdampak pada kesehatan masyarakat," kata Ketua DPRD Lampung Marwan Cik Asan, di Bandarlampung, Senin (3/9) malam.

Dia menyarankan, pemerintah daerah setempat segera bertindak, jangan sampai ada kejadian luar biasa (KLB) dulu baru kemudian mengambil tindakan.

"Rumah sakit-rumah sakit juga harus siaga, karena lihat saja dalam waktu ke depan, nanti akan banyak warga yang harus berobat karena gangguan mengalami gangguan pernafasan akibat debu yang menyebar ini," ujar dia lagi.

Ia juga menyarankan kepada wartawan untuk tetap menjaga kesehatan, termasuk harus mengenakan masker saat bepergian dan berada di dalam ruangan bila sedang tidak sibuk dengan pekerjaan di lapangan untuk menghindari menghirup debu akibat letusan Gunung Anak Krakatau itu.

Namun pada hari ini, kendati dilaporkan sejumlah warga mengeluhkan adanya debu bertebaran di rumah dan lingkungan sekitar mereka, umumnya tidak panik menghadapinya dan tetap melakukan rutinitas aktivitas seperti biasa meskipun debu abu vulkanik

Gunung Anak Krakatau (GAK) itu telah menyebar hampir di seluruh kota ini. Metti (23), pedagang di Bandarlampung, menyatakan adanya abu vulkanik itu tidak menghambat aktivitasnya untuk berdagang makanan.

"Pelanggan saya masih membeli dagangan ini, mereka tidak mempermasalahkan debu vulkanik yang terbawa angin dari arah Selatan Lampung," kata dia lagi.

Sejumlah pekerja bangunan yang ditemui di jalan protokol Bandarlampung, nampak tetap bekerja tanpa menggunakan masker. Demikian pula aktivitas penerbangan di Bandara Radin Intan II Lampung, tetap berjalan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan.

Humas Dinas Kesehatan Provinsi Lampung Asih Hendrastuti sebelumnya menyatakan, belum ada kejadian luar biasa terkait dampak berupa penyakit pada saluran pernafasan warga akibat penyebaran abu vulkanik yang telah sampai di Bandarlampung dan beberapa daerah lain.

"Belum ada laporan dari lapangan bahwa ada KLB terkait penyakit salurah pernafasan setelah adanya penyebaran debu vulkanik ini," ujar dia lagi.

Pemantauan Gunung Anak Krakatau menunjukkan intensitas kegempaan hingga Minggu (2/9) mencapai sebanyak 18 kali. Aktivitas vulkanik yang mengeluarkan material termasuk abu vulkanik itu, kemudian terbawa angin yang bergerak dari selatan ke tenggara sehingga debu-debunya menyelimuti sejumlah wilayah Lampung.

Debu tersebut masuk ke perumahan warga, antara lain di beberapa kecamatan dan keluragan di Bandarlampung sehingga sebagian warga harus menggunakan masker untuk mengantisipasi serangan penyakit gangguan pernafasan akibat debu tersebut.

Kasi Observasi dan Informasi BMKG Wilayah Lampung Nurhuda menjelaskan, Gunung Anak Krakatau dalam status waspada, dan para nelayan maupun wisatawan diimbau tidak mendekati gunung ini hingga radius dua kilometer.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement