REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Prof Dr Muhadjir Effendy, mengatakan, jika teror Solo memiliki motif balas dendam dan dilakukan oleh remaja, maka kebijakan perang menumpas terorisme di Indonesia telah direspons oleh jaringan terorisme dengan melahirkan derivat baru, yaitu generasi penuntut balas.
''Ini sangat berbahaya, bukan hanya petugas saja yang menurut mereka syah menjadi target tapi juga sanak famili dan keturunannya,'' ujar Muhadjir kepada Republika Online, Senin (3/9).
Muhadjir mempertanyakan seberapa jauh pemerintah menggunakan pendekatan nir kekerasan dalam perang melawan teror ini. Misalnya, kata dia, pendekatan persuasif dan edukatif terhadap lingkungan sosial dan keluarga para pelaku, termasuk kepada anak keturunannya. ''Jika perasan tersudut, menanggung beban stigma sebagai keturunan teroris dibiarkan menghantui mereka, akan bisa menjadi pemicu lahirnya generasi-generasi teroris penuntut balas. Sasarannya bisa semua petugas dan keluarganya.''
Ia juga mempertanyakan apa saja yang sudah dilakukan pemerintah untuk memberikan jaminan kerahasiaan dan perlindungan kepada petugas beserta keluarganya, terutama di saat mereka nanti sudah purnatugas.
''Tentu tidak cukup hanya memberi tutup wajah kepada mereka saat melakukan operasi. Memang kemungkinan tuntut balas bukan hanya dalam perang melawan teorirsme, bisa terjadi dalam perkara kriminal misalnya, akan tetapi tidak sekuat dalam kasus terorisme,'' tutur Muhadjir. Alasannya, kata dia, para pelaku mendasarkan keyakinan pada doktrin kesyahidan (martyrdom), sehingga tuntut balasnya adalah sebuah panggilan.
''Karena itu menurut saya, pemerintah sebaiknya lebih memperbanyak pendekatan nir kekerasan dalam perang melawan terorisme. Misalnya memberikan bimbingan, meluruskan persepsi terhadap keluarga pelaku, dan sebagainya,'' ujar dia.
Pihaknya juga mengingatkan agar operasi penumpasan terorisme tak dipertontonkan secara terbuka kepada publik.
''Memang hal itu bisa menimbulkan efek jera, tetapi bisa sebaliknya malah menimbulkan dendam yang dalam bagi sanak keluarga pelaku dan keturunannya.''