Senin 03 Sep 2012 15:15 WIB

Ke Indonesia (Lagi), Hillary tak Akan Bahas Freeport

Rep: Esthi Maharani/ Red: Hazliansyah
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton dan Menlu Indonesia Marty Natalegawa
Foto: Antara
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton dan Menlu Indonesia Marty Natalegawa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton, dijadwalkan melakukan kunjungan ke Indonesia, Senin (3/9). Hillary dijadwalkan tiba sore nanti di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta.

Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa menegaskan kedatangan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton tidak akan membahas mengenai PT Freeport Indonesia. “Nggak. Nggak akan dibahas (Freeport),” katanya saat ditemui di Istana Negara sebelum pelantikan 16 Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) Republik Indonesia untuk negara sahabat, Senin (3/9).

Kedatangan Hillary ke tanah air sebagai bagian dari turnya ke enam negara di kawasan Asia Pasifik, termasuk singgah ke Cina. Marty mengatakan belum mengetahui secara pasti hal yang akan dibahas Hillary pada kali kedua kedatangannya ke tanah air.

“Beliau kan belum datang. Nanti malam saya akan dengar dari beliau sendiri apa yang akan dibahas. Kita siap apapun yang akan dibahas,” katanya.

Marty menjelaskan, seusai tiba, Hillary akan langsung bertemu dengan pihak Kementerian Luar Negeri Indonesia dan dilanjutkan dengan makan malam bersama. Keesokan harinya, baru Hillary bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Marty mengatakan, secara garis besar hal yang akan dibahas nanti terkait dengan hubungan bilateral, regional, dan global. “Upaya penjabaran dari yang dinamakan komprehensif partnership atau yang dinamakan kemitraan komprehensif antara Indonesia dan Amerika Serikat,” katanya.

Menurutnya, melalui pertemuan nanti akan diidentifikasi atau dikaji ulang seberapa jauh kemajuan hubungan bilateral dan identifikasi langkah-langkah selanjutnya untuk peningkatan hubungan bilateral.

Sedangkan untuk pembahasan hubungan regional dan global, kemungkinan besar akan dibicarakan mengenai persoalan Laut Cina Selatan dan Suriah. “Intinya sama, regional, global, bilateral. Regional seperti masalah Laut Cina Selatan, semenajung Korea, Myanmar mungkin dan tentunya masalah global seperti Suriah dan sebagainya,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement