Senin 03 Sep 2012 12:34 WIB

Material Vulkanik Bakar Pos Polhut Gunung Anak Krakatau

Gunung Anak Krakatau
Gunung Anak Krakatau

REPUBLIKA.CO.ID, RAJABASA -- Pos Polisi Kehutanan Balai Konservasi Sumber Daya Alam yang terletak di kaki Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Kabupaten Lampung Selatan, Minggu (2/9) sore terbakar karena semburan material vulkanik dari gunung api dalam laut itu.

"Pos darurat Polhut itu terbakar Minggu (2/9) kemarin, sekitar pukul 16.30 WIB karena semburan material panas yang mencapai 400 meter turun dari puncak gunung itu," kata komandan regu pos tersebut, Awaludin, saat diwawancarai dalam perjalanan pertukaran 'shift' jaga di Dermaga Canti Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Senin.

Akibat kondisi tersebut, kata dia, petugas di sana berusaha menyingkir agar terhindar dari ancaman bahaya.

Menurut dia, Gunung Anak Krakatau itu mengeluarkan letusan dan semburan material vulkanik cukup banyak dan kuat beberapa kali melebihi kondisi sebelumnya.

Abu vulkanik yang keluar dari puncak gunung itu juga cukup banyak dan sangat tebal dibandingkan kejadian sebelumnya, kata dia lagi.

Dia menuturkan, pada jarak antara pos tersebut dengan puncak Gunung Anak Krakatau sejauh sekitar dua kilometer meter dan 50 meter dari bibir pantai setempat, namun tetap masih terkena semburan material vulkanik yang keluar.

Bahkan batu-batuan berukuran besar ikut terpental ke atas dari mulut gunung, dan jatuh hingga bibir pantai sekitar pos darurat polhut itu pula.

"Semburan kali ini lebih hebat, dengan ketinggian sekitar 300 meter dari puncak gunung, kami langsung kabur kocar-kacir tanpa membawa apa-apa karena material sudah berada di belakang pos, para petugas pun langsung pulang," ujar dia lagi.

Menurut Awaludin, petugas Polhut BKSDA itu sendiri saat ini hanya bisa memantau daerah itu melalui Pulau Panjang dan Pulau Krakatau Besar.

Sementara pemantauan dari Pulau Sertung yang jarak dengan kawasan Anak Gunung Krakatau itu tidak bisa dilakukan, mengingat semburan abu vulkanik mengarah ke pulau itu serta Pulau Sebesi.

"Sampai saat ini petugas juga waspada dan tidak berani mendekat pada radius empat kilometer dari gunung tersebut," ujar dia.

Selain itu, kata dia, pada malam hari seluruh badan dan kaki gunung tersebut sudah rata dengan material vulkanik berwarna merah yang terjadi sejak Minggu malam.

Gunung tersebut, ujar dia, telah mulai mengeluarkan suara letusan lebih kuat dalam sepekan terakhir, seperti suara geledek.

"Radius 1,5 kilometer dari gunung itu terasa panas, apalagi angin mengarah kepada kami seperti saat berada di Pulau Sertung," kata dia lagi.

Kepala Desa Sebesi di Pulau Sebesi, Kecamatan Rajabasa, Syahroni mengatakan, penduduk pulau tersebut saat ini terkena semburan material vulkanik yang menghujani pulau tersebut sejak Minggu malam.

Kondisi itu berakibat sejumlah penduduk setempat terkena gangguan pada mata.

Ia mengemukakan arah angin menuju ke arah selatan, sehingga penduduk yang berada di Pulau Sebesi, dan kemungkinan juga warga di Kabupaten Pesawaran dan Kota Bandarlampung, dapat terkena sebaran abu vulkanik tersebut yang terbawa angin.

Sampai saat ini, kata dia, gunung itu masih mengeluarkan material vulkanik dan menghujani kawasan di Pulau Sebesi, terutama saat angin mengarah ke selatan.

Namun, Insan, warga di Pulau Sebesi mengaku, semburan abu vulkanik itu tidak mengarah ke daerahnya karena angin mengarah ke selatan.

Namun, kata anak buah kapal transportasi yang menghubungkan Pulau Sebesi -Punduhpidada-Rajabasa itu, saat kembali ke kapalnya ternyata sudah penuh dengan abu vulkanik dari gunung tersebut meskipun jalur pelayaran masih jauh dari puncak gunung tersebut.

"Letusan kali ini luar biasa dibandingkan sebelumnya, namun tidak ada tanda-tanda terjadi peningkatan aktivitas itu sebelumnya," ujar dia pula.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement