REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau akan berlangsung hingga akhir 2012, dan saat ini terjadi kekeringan di beberapa wilayah dan sawah puso.
"Prediksi secara umum atau nasional itu didasarkan oleh beberapa kriteria antara lain indikator El Nino Southern Oscillation (ENSO), anomali suhu permukaan air laut, serta Dipole Mode di Samudera Hindia," kata Kepala Stasiun Klimatologi Lasiana Kupang Juli, Setiyanto, di Kupang, Senin.
Ia juga menyebut sifat hujan musim kemarau 2012 diprediksi normal (57 persen), di atas normal (35 persen) dan di bawah normal (delapan persen).
"Dalam konteks lokal di daerah Nusa Tenggara Timur yang memiliki karakteristik musim yang spesifik dengan daerah lain di NTT, diprediksi musim kemarau justru akan berakhir November dan saat itu pula dimulai awal musim hujan di daerah kepulauan ini," katanya.
Bahkan katanya hasil analisis pihak MBKG Stasiun Klimatologi Lasiana Kupang meyebutkan ada beberapa daerah yang diprediksi akan memasuki awal musim hujan pada Oktober 2012, ada November dan ada yang padda Desember.
"Untuk Oktober dua (minggu kedua) ada satu Zona Musim (Zom), November dua ada lima Zom dan Desember dua ada empat Zom dari perbandingan rata-rata 14 Zom," katanya.
Khusus untuk sifat hujan di daerah-daerah NTT pada umumnya diprediksi normal 15 persen dan dibawah normal delapan persen dan tidak memiliki sifat diatas normal.
Sehingga kekeringan memang ada dan sedang terjadi pada daerah-daerah tertentu di Nusa Tenggara Timur, namun untuk saat ini masih dapat ditanggulangi dengan sisa debit air yang ada.
Ia mengatakan, secara nasional pemerintah pusat melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menyelesaikan rencana aksi terpadu menghadapi kekeringan 2012, dengan total biaya yang disediakan untuk penanggulangan bencana kekeringan mencapai Rp60 miliar yang berasal dari dana siap pakai BNPB.
Untuk daerah NTT, diharapkan dapat memberdayakan bendung dan bendungan serta sarana penampung air bersiah yang tersedia untuk menghadapi ancaman krisis air bersih pada puncak musim kamarau 2012.
"Hasil koordinasi dengan Dinas PU NTT, menyebutkan saat ini bendungan Tilong dan Raknamo di Kabupaten Kupang, Aesesa di Mbay Kabupaten Nagekeo, Kambaniru di Sumba, bendung dan tempat penampung air lainnya yang tersebar di sejumlah daerah kepulauan ini masih berfungsi dengan baik, dan akan terus dioptimalkan daya tampung serta fasilitas pendukung lainnya, agar tetap berfungsi maksimal," katanya.
Sebelumnya, Kementerian Pekerjaan Umum telah menyetujui rencana pembangunan Bendungan Kolhua di Kota Kupang Nusa Tenggara Timur untuk mengatasi kelangkaan sumber air di Kota Kupang, dengan alokasi anggaran sebesar Rp425 miliar.
Pembangunan prasarana infrastruktur itu diprioritaskan untuk memasok pemenuhan kebutan air bersih di ibu kota Provinsi NTT sebab, masih banyak masyarakat Kupang yang mengalami kesulitan mengakses air bersih.
Saat ini saja dari 51 PDAM yang ada, masih terdapat 65,1 persen penduduk Kupang yang belum terlayani air bersih.