REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sebagai Kota Pariwisata, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ternyata sudah mengembangkan wisata halal. Wisata halal yang sudah berjalan sejak tiga tahun terakhir itu berupa paket wisata dari penginapan hingga kuliner yang menjamin kekhalalanya secara syariah.
Namun perkembangan paket wisata tersebut hingga saat ini belum optimal. "Selama ini hanya baru wisatawan dari Malaysia yang kita garap," terang Ketua Badan Promosi Pariwisata Kota Yogyakarta (BP2KY) Deddy Pranowo Eryono, Sabtu (1/9).
Menurutnya, paket wisata halal tersebut berupa paket akomodasi, penginapan di hotel syariah dan wisata kuliner yang menjamin kehalalan makanan maupun sajiannya. Diakuinya dari 5.300 hotel baik melati maupun berbintang di Yogyakarta baru sekitar sepuluh hotel yang menerapkan sistem syariah.
Restoran besar yang juga menerapkan sistem tersebut dan memiliki sertifikat halal juga sudah banyak. Bahkan hampir semua restoran di Yogyakarta juga mengantongi sertifikasi halal tersebut.
"Kita akui, paket wisata halal ini memang belum optimal kita kembangkan. Karena wisatawan Malaysia yang ke Yogya baru sepuluh persen dari jumlah wisatawan asing yang ke kota ini," terang Deddy yang juga sekretaris PHRI Yogyakarta ini.
Menurutnya kendala terbesar pengembangan wisata ini adalah lebih pada sumber daya manusia. Diakuinya wisata kuliner di Yogyakarta sangat menjamur. Hanya saja kuliner tersebut justru sebagian besar adalah warung makan kecil yang menawarkan sajian khas Yogyakarta.
Warung-warung inilah yang menurutnya harus lebih dibina masuk ke paket wisata halal tersebut. Kedepan, warung-warung ini yang akan menjadi sasaran BP2KY dibina lebih jauh. Selain itu, jumlah hotel yang menerapkan sistem syariah dalam pelayananya juga akan ditingkatkan.
Deddy sendiri optimis paket wisata halal di Yogyakarta ini bisa dikembangkan. Kota Yogyakarta menurutnya, lebih memiliki daya tarik untuk pengembangan wisata itu dibandingkan Kota Bangkok, Thailand.
Kendala lain menurut Deddy adalah prasarana berupa bandar udara. Menurutnya, bandar udara Adisutjipto Yogyakarta tidak bisa untuk pesawat besar. Akibatnya wisatawan Timur Tengah yang bisa menjadi sasaran pemasaran paket wisata ini sulit digaet. Selain itu juga tidak ada penerbangan langsung dari Kota Yogyakarta ke kawasan Timur Tengah.