Rabu 29 Aug 2012 16:59 WIB

Warga Syiah Sampang Menolak Ikuti Program Transmigrasi

  Personel Brimob mengawal sejumlah perempuan dan anak-anak, ketika berlangsungnya evakuasi dari tempat persembunyian mereka, di Desa Karanggayam dan Desa Bluuran, Sampang, Jatim, Senin (27/8). (Saiful Bahri/Antara)
Personel Brimob mengawal sejumlah perempuan dan anak-anak, ketika berlangsungnya evakuasi dari tempat persembunyian mereka, di Desa Karanggayam dan Desa Bluuran, Sampang, Jatim, Senin (27/8). (Saiful Bahri/Antara)

REPUBLIKA.CO.ID, SAMPANG - Warga Syiah yang menjadi korban di Kabupaten Sampang, Madura, menolak direlokasi pemerintah ke luar Madura, dengan cara mengikuti program transmigrasi. "Kami tidak mau direlokasi dan akan tetap tinggal di Sampang ini. Kami bukan pemberontak yang harus diasingkan, akan tetapi kami adalah warga Indonesia," kata pimpinan Syiah Sampang Iklil Almilal, Rabu (29/8).

Ia menjelaskan, Syiah bukan ajaran Islam sesat, bahkan selama ini warga Syiah menjadi korban dan bukan pelaku kerusuhan di bumi Sampang.

Iklil yang juga saudara pimpinan Islam Syiah Sampang Tajul Muluk ini menjelaskan, jika pihaknya direlokasi dengan alasan keamanan, maka menurut dia, hal itu sama dengan memposisikan Syiah sebagai provokator dalam kasus kekerasan di Sampang.

"Padahal Anda tahu sendiri warga Syiah menjadi korban dan rumah-rumah kami banyak yang dibakar," ucap Iklil Almilal.

Ia berharap pemerintah bisa memberikan solusi yang tepat untuk mengatasi persoalan kerusuhan yang menimpa kelompok Syiah. "Kelompok kami minoritas di Sampang ini. Tapi entah kenapa kami diperlakukan seolah-olah kami adalah teroris dan musuh negara," kata dia.

Iklil bersama para penganut Syiah lainnya juga berharap bisa segera pulang ke kampung halaman mereka di Desa Karang Gayam dan Desa Bluuran, Sampang.

Kasus kekerasan yang menimpa kelompok Islam Syiah di Sampang, Madura yang terjadi pada Minggu (26/8) ini mengundang keprihatinan dari berbagai kalangan. Tokoh berbagai lintas agama juga mengecam kasus tidak manusiawi ini yang telah menyebabkan dua orang tewas dan enam orang lainnya luka-luka.

Kasus penyerangan kelompok Islam Syiah di Dusun Nanggernang, Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, Sampang, Madura, kali ini merupakan kali kedua dalam dua tahun terakhir ini.

Aksi serupa juga terjadi pada akhir Desember 2011. Ketika itu rumah pimpinan Islam Syiah, mushalla dan madrasah kelompok Islam minoritas ini diserang oleh kelompok massa anti-Syiah.

Penyerangan berawal saat 20 anak dari kaum Syiah di Desa Karang Gayam yang bersekolah di Bangil, Pasuruan, hendak kembali ke pesantren mereka seusai merayakan Idul Fitri di tempat tinggalnya.

Murid-murid itu dihadang oleh kelompok massa yang menggunakan 30 sepeda motor. Siswa Syiah yang sudah naik angkutan umum disuruh turun, sedangkan yang mengendarai kendaraan pribadi dipaksa pulang ke rumah mereka masing-masing. Kelompok Syiah yang kemudian melawan aksi itu justru membuat massa beringas sehingga bentrokan tidak terhindarkan.

Sementara, hingga kini polisi telah memeriksa sebanyak delapan orang dalam kasus berdarah di Sampang itu, dan satu di antaranya berinisial R telah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement