REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siraj, dan jajarannya telah bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk membicarakan kasus penyerangan warga Islam Syiah di Sampang, Madura. SBY, kemarin, menjanjikan perhatian lebih ke Madura pascapenyerangan tersebut.
"Alhamdulillah Presiden sepakat apa yang terjadi di Sampang adalah murni kriminal. Tadi Presiden juga menjanjikan akan secara khusus memperhatikan Madura dalam dua tahun ke depan," kata Kiai Said, Rabu (29/8).
Mendampingi Kiai Said dalam pertemuan di Ruang Cenderawasih, Istana Kepresidenan, adalah Sekretaris Jenderal PBNU Marsudi Syuhud, Rais Syuriyah PBNU KH Masdar Farid Mas'udi, KH Saifudin Amsir, dan KH Artani Hasbi. Turut serta dalam rombongan adalah panitia Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama.
Dalam kesempatan tersebut, PBNU juga menyampaikan desakan agar Presiden memberikan instruksi ke aparat penegak hukum, dalam hal ini kepolisian, untuk bertindak tegas kasus penyerangan warga Islam Syiah di Sampang. PBNU meminta pelaku penyerangan harus ditindak sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Diberitakan sebelumnya, PBNU mengutuk kembali terulangnya penyerangan tersebut, hingga mengakibatkan jatuhnya dua korban jiwa dan beberapa di antaranya luka. Peristiwa tersebut dinilai sebagai kriminal murni, dan aparat penegak hukum didesak dapat menjalankan tugas penegakan dengan baik.
Terkait tudingan sejumlah pihak jika Syiah adalah aliran sesat, NU tidak sependapat jika penyelesaiannya dilakukan melalui jalan kekerasan. "NU dengan Syiah jelas beda, terlebih dengan Ahmadiyah, jelas berbeda. Tapi, dalam pergaulan kami menolak adanya kekerasan, karena ajakan berubah itu ada metodenya. Dakwah, diskusi yang bermartabat, dan itu semua yang selama ini kami lakukan," tegas Kiai Said.