REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Lebak, KH Syatibi Hambali, menilai kerusuhan Sampang merupakan bukti lemahnya rasa persaudaraan dan nasionalisme. Hal ini kemudian membuat masyarakat mudah terpancing untuk membuat kerusuhan maupun konflik horisontal.
"Kami prihatin peristiwa Sampang yang memakan korban jiwa itu," katanya di Rangkasbitung, Selasa.
Selama ini kerusuhan dan konflik antaragama maupun etnis di Tanah Air begitu mudah terpancing dan terprovokasi. Akibatnya, menimbulkan korban cukup besar baik material bangunan rumah hingga menghilangkan jiwa.
Oleh karena itu, MUI Lebak mengimbau umat Muslim agar menahan diri dan menjalin rasa persaudaraan antarumat beragama maupun etnis atau suku manapun. Apalagi, Islam sangat mencintai persaudaraan dan kedamaian. Sebab agama Islam tidak mengajarkan dengan cara kekerasan dalam menghadapi apapun.
"Islam mengedapankan dengan cara-cara damai dan bukan kekerasan," ujarnya.
Ia menyebutkan selama ini di Provinsi Banten relatif kondusif dan damai antarumat beragama maupun etnis atau suku. Masyarakat Banten yang religius sangat menghormati antarumat beragama yang ada seperti Islam, Kristen, Budha, Hindu dan Kong Ho Cu.
Bahkan, kata dia, MUI dan Forum Kerukunan Antarumat Beragama (FKUB) berjalan dengan baik. Selain itu juga masyarakat Banten sangat menerima kedatangan saudara dari suku daerah lain.
"Kita terus menjalin hubungan yang baik antarumat beragama maupun etnis, sehingga bisa terwujud kedamaian dan keharmonisan untuk kesejahteraan masyarakat," ujarnya.