REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPP IMM) mengecam keras aksi penyerangan 1.000 orang terhadap kelompok penganut Syiah di Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Kec Omben, Sampang, Madura. Dalam peristiwa itu dikabarkan tiga orang tewas dan sejumlah orang lainnya mengalami luka-luka.
"Aksi dan perilaku kekerasan mengatas namakan apapun, sekalipun Berdalih atas nama Agama atau aliran keagamaan, tidak ada yang dapat dibenarkan, Apalagi Aksi kekerasan ini sangat menciderai dan menodai hari raya Idul Fitri dan Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia yang masih hangat-hangatnya dirayakan oleh bangsa ini," ujar Ketum Umum DPP IMM, Djihadul Mubarok di Jakarta, Senin (27/8)
Djihadul Mubarok menegaskan tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan. Menurut dia, agama akan selalu memberikan ajaran perdamaian, memberi solusi tanpa masalah.
''Terkait perbedaan pemahaman agama yang berkembang di masyarakat tidak dapat menjadi alasan untuk melakukan kekerasan apalagi sampai terjadi penghilangan nyawa seseorang,'' ungkapnya.
Ketika terjadi perselisihan pendapat terkait perbedaan pandangan agama, kata dia, akan lebih baik diselesaikan dengan dialog konstruktif dan solutif.
Djihadul Mubarok meminta polisi untuk segera mengusut tuntas kasus ini serta menindak tegas pihak-pihak yang melakukan kekerasan. IMM juga meminta polisimelakukan antisipasi pengamanan sehingga tidak akan terulang lagi. ''Karena ini sudah yang kedua kalinya, dan ini cukup memalukan bagi pihak kepolisian.''
IMM juga mendesak pemerintah untuk melakukan langkah-langkah konkret dengan turun ke lapangan menfasilitasi dan memberikan bimbingan kepada masyarakat.
Djihadul Mubarok mengajak seluruh elemen bangsa ini untuk andil dalam proses penyelesaian persoalan-persoalan kekerasan yang sedang terjadi pada bangsa ini.