REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Daftar tunggu haji yang mencapai 15 tahun membuat pemerintah Indonesia berusaha mencari kuota tambahan. Target kuota tambahan 30 ribu jamaah disinyalir tidak bisa ditepati.
"Pemerintah Arab Saudi punya keterbatasan, sehingga tak semua dipenuhi. Insya Allah 10 ribu bisa dikabulkan, syukur-syukur 30 ribu," terang Menteri Agama (Menag), Suryadharma Ali pada akhir pekan ini.
Tambahan kuota itu diyakini Menag hanya mampu terpenuhi 10 ribu seperti tahun sebelumnya. Lantaran banyak permintaan serupa dari negara-negara lainnya. Nantinya sejumlah itu, imbuh Menag, dijaminkan bagi sekitar 6.926 calon jamaah haji golongan umur 80 tahun ke atas, berikut dengan pendamping jamaah ditambah kuota haji khusus sebanyak 1.000 orang. Jumlah kuota haji khusus dikurangi dari tahun lalu yang mencapai 3.000 jamaah.
"Kuota tambahan per tahun untuk mengurangi antrean panjang yang mencapai 15 tahun seperti di Sulsel," papar Menag. Sedangkan sisa kuota tak terserap direncanakan untuk disebar ke daerah lainnya dalam pelunasan kedua dan ketiga. iasanya, sebut Menag, calhaj yang tak mampu membayar hingga batas waktunya memang tak mempunyai uang, pasangan meninggal, sakit, hamil, ataupun meninggal.
Selain kesiapan distribusi kuota tambahan, Kemenag juga bakal memberikan pelatihan komputerisasi Sistem kompeterisasi haji terpadu (Siskohat) bagi petugas haji di tanah air dan Arab Saudi. "Pemerintah telah siap melaksanakan penyelenggaraan ibadah haji," tegasnya.
Setelah berjalan lebih dari 20 tahun, Siskohat menuntut adanya revitalisasi. Upaya ini dibutuhkan karena fungsi dari Siskohat sudah mulai beragam, tak cuma sebagai tempat pendaftaran haji.