REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Omzet penjualan sejumlah perajin di sentra produksi payung hujan di Dusun Ngentak, Desa Pondokrejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, turun drastis hingga lebih 60 persen. Omzet mereka menjadi 'kering' menyusul musim kemarau tahun ini.
"Omzet penjualan payung pada kemarau ini turun drastis. Bahkan, kami dapat dikatakan tidak menjual payung hujan,'' kata salah seorang perajin payung hujan, Sumiyati, Minggu. ''Kalaupun ada, itu hanya pesanan masyarakat yang sedang memiliki hajat sebagai souvenir. Jumlahnya tidak terlalu banyak."
Pada musim hujan, permintaan payung cukup tinggi. Jumlahnya rata-rata 300 hingga 500 buah per hari. Namun pada musim kemarau ini, jumlahnya rata-rata hanya sekitar 300 hingga 500 per bulan. Itu pun jika ada pemesanan untuk souvenir.
"Meski demikian, kami tetap memproduksi secara normal untuk memenuhi permintaan saat musim hujan datang. Kondisi seperti ini terjadi setiap pergantian musim," katanya.