REPUBLIKA.CO.ID, SAMARINDA -- Pencarian pesawat survei yang hilang masih bergantung pada data satelit Singapura, kata Kapolresta Samarinda, Kalimantan Timur, Komisaris Besar Arief Prapto kepada wartawan Minggu dinihari.
"Semua informasi yang diberikan masyarakat baik yang mendengar adanya dentuman di sekitar Teluk Kaba dan kawasan Gunung Pilar maupun yang melihat pesawat melintas di lereng Gunung Sekerat telah kami tindaklanjuti namun belum membuahkan hasil. Jadi, pencarian akan kami lakukan dengan berpatokan pada data satelit terakhir milik Singapura yang berhasil mendeteksi pesawat itu masih bergerak dalam kondisi kritis bahan bakar," ungkap Arief Prapto.
Berdasarkan analisis deteksi satelit dan hasil evaluasi pencarian pada hari kedua pasca hilangnya peswat itu, Tim SAR lanjut Arief Prapto telah memetakan lokasi dan menentukan satu titik koordinat sebagai fokus penyisiran pada Minggu.
"Berdasarkan evaluasi terhadap pencarian yang telah dilakukan pada Sabtu (25/8) dan dengan mempertimbangkan hasil identifikasi teknis terkait deteksi satelit terakhir yang kami analisis kembali kemudian mengkalkulasi berbagai kemungkinan itu maka pada Minggu pagi ini pencarian akan difokuskan pada suatu tempat di titik koordinat yang diduga kuat atau memiliki peluang besar untuk membuahkan hasil," katanya.
Area pencarian yang sudah dipetakan itu lanjut Arief Prapto yang juga sebagai penanggung jawab Posko Pencarian Korban Pesawat Hilang Bandara Temindung Samarinda, masih bersentuhan dengan kawasan TNK (Taman Nasional Kutai).
"Areal yang akan menjadi fokus penyisiran itu masih bersentuhan dengan kawasan TNK juga bisa mengarah ke pantai. Area pencarian tetap berpijak hasil kalkulasi deteksi satelit terkait pergerakan pesawat yang mengalami krisis bahan bakar sebab data itu sangat akurat dan bisa dipertanggungjawabkan," katanya.
"Pemetaan area fokus pencarian ini merupakan kawasan hutan dengan kondisi sangat rapat atau hutan lebat sehingga mungkin inilah yang menjadi salah satu hambatan tim dalam melakukan penyisiran," ungkap Arief Prapto.
Pesawat milik PT Intan Angkasa jenis PA31 Piper Navajo Chief Tain dengan nomor registrasi PK-IWH yang dicarter oleh Elliot Geophysics International untuk melakukan pemetaan di salah satu area perusahaan tambang batu bara di Kota Bontang, dilaporkan telah kehilangan kontak sejak Jumat sekitar pukul 08.04 Wita.
Pesawat survei dengan pilot Capt Marshal Basir berpenumpang tiga orang yakni Peter John Elliott selaku General Manager Elliot Geophysics International, seorang surveyor, Jandri Hendrizal, serta pendamping dari Kementerian Pertahanan RI, Kapten Suyoto, lepas landas dari Bandara Temindung Samarinda pada Jumat sekitar pukul 07.51 Wita dan dipastikan hilang pada Jumat sekitar pukul 13. 51 Wita.
"Pesawat itu direncanakan terbang selama empat jam dan diperkirakan akan kembali di Bandara Temindung sekitar pukul 12.00 Wita dengan pengisian bahan bakar untuk enam jam," kata Pemandu Lalu Lintas Udara Bandara Temindung Samarinda Rora Ardian.
Dari Bandara Temindung Samarinda, kata dia, pesawat itu terbang dengan ketinggian 3.000 kaki selanjutnya saat mendekati area survei di Kota Bontang, pesawat tersebut akan terbang dengan ketinggian 500 kaki.
Namun, hanya berselang beberapa menit sejak lepas landas di Bandara Temindung, pesawat tersebut hilang kontak, hingga akhirnya diduga jatuh di kawasan TNK.