REPUBLIKA.CO.ID, SAMARINDA---Pesawat survei yang dinyatakan hilang sejak Jumat pagi (24/8) sempat terdeteksi citra satelit milik Singapura masih bergerak sementara bahan bakar dalam kritis, kata Kapolresta Samarinda, Komisaris Besar Arief Prapto, Sabtu.
"Berdasarkan data satelit Singapura yang diterima pihak bandara kemudian kami terjemahkan bahwa pada data terakhir pesawat dalam kondisi 'critical time' dengan bahan bakar yang sudah kritis namun masih 'moving' atau bergerak," ungkap Arief Prapto.
Pesawat tersebut lanjut Arief Prapto terdeteksi citra satelit milik Singapura pada Jumat siang sekitar pukul 14. 00 Wita.
Tim SAR kata Arief Prapto, juga akan memulai pencarian pada titik koordinat terakhir berdasarkan hasil deteksi satelit Singapura tesebut.
"Jadi, berdasarkan asumsi itulah, pagi ini tim akan memulai melakukan pencarian berdasarkan titik koordinat yang telah ditentukan. Pesawat itu terakhir terdeteksi satelit masih bergerak walaupun kondisi bahan bakar kritis di sekitar poros Sangatta (ibukota Kabupaten Kutai Timur) dengan Kota Bontang,," kata Arief Prapto.
Kesulitan menemukan titik koordinat pesawat itu lanjut dia akibat tidak berfungsinya ELT (Emergency Locator Transmiiter).
"Berdasarkan informasi yang kami terima dari Basarnas, memang ELT pesawat itu tidak berfungsi. Semestinya, dalam situasi darurat ELT itu memancarkan sinyal sehingga pihak Basarnas menduga alat itu kehabisan baterai," ungkap Arief Prapto.
Pesawat milik PT Intan Angkasa jenis PA31 Piper Navajo Chief Tain dengan nomor registrasi PK-IWH yang dicarter oleh Elliot Geophysics International untuk melakukan pemetaan di salah satu area perusahaan tambang batu bara di Kota Bontang, dilaporkan telah kehilangan kontak sejak Jumat sekitar pukul 08.04 Wita.
Pesawat survei dengan pilot Capt Marshal Basir berpenumpang tiga orang yakni Peter John Elliott selaku General Manager Elliot Geophysics International, seorang surveyor, Jandri Hendrizal, serta pendamping dari Kementerian Pertahanan RI, Kapten Suyoto, lepas landas dari Bandara Temindung Samarinda pada Jumat sekitar pukul 07.51 Wita dan dipastikan hilang pada Jumat sekitar pukul 13. 51 Wita.
"Pesawat itu direncanakan terbang selama empat jam dan diperkirakan akan kembali di Bandara Temindung sekitar pukul 12.00 Wita dengan pengisian bahan bakar untuk enam jam," kata Pemandu Lalu Lintas Udara Bandara Temindung Samarinda Rora Ardian.
Dari Bandara Temindung Samarinda, kata dia, pesawat itu terbang dengan ketinggian 3.000 kaki selanjutnya saat mendekati area survei di Kota Bontang, pesawat tersebut akan terbang dengan ketinggian 500 kaki.
Namun, hanya berselang beberapa menit sejak lepas landas di Bandara Temindung, pesawat tersebut hilang kontak, hingga akhirnya diduga jatuh di kawasan TNK.