Jumat 24 Aug 2012 22:45 WIB

Tak Ada Listrik, Karimunjawa Kritis

Rep: Afriza Hanifa/ Red: Heri Ruslan

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Masyarakat Karimunjawa Kabupaten Jepara Jateng mengeluhkan kebutuhan listrik yang tak pernah terlayani. Selama ini, kepulauan destinasi wisata tersebut bergantung pada diesel yang jensetnya pun hanya satu buah bertenaga 500 KPA tanpa cadangan.

Camat Kepulauan Karimunjawa, Nuryanto menyampaikan keluhan warga atas kebutuhan listrik yang tak pernah terlayani. Menurutnya, saat ini terdapat konsumen listrik 2010 kepala keluarga atau KK, 790 KK diantaranya berada di Pulau Karimun, pusat pariwisata.

Saat ini, terdapat enam unit pelayanan yakni di Pulau Karimunjawa, Kemujan, Nyamuk, Parang, Genting dan di Dukuh Nyambungan. "Masing-masing (unit pelayanan) sudah ada pelayanan listrik dengan tenaga diesel. Untuk fi Kota (Pulau Karimunjawa), layanan listrik dari jam 06.00 sore sampai jam 06.00 pagi. Di lima unit lain baru enam jam, jam 06.00 sore sampai jam 11.30 malam," ujarnya saat dihubungi Republika, Jumat (24/8).

Namun yang menjadi masalah, menurut Nuryanto, diesel tersebut membutuhkan BBM berupa solar. Sejak dikeluarnnya Perpres no 15 tahun 2012, Karimunjawa tidak boleh menggunakan BBM bersubsidi. "Kami harus membeli solar industri. Dengan demikian beban kami jadi berat. Masyarakat sangat keberatan," keluhnya.

Saat ini, menurut camat, kebutuhan BBM untuk listrik sangat bergantung pada subsidi Pemkab Jepara. Pihaknya pun berharap pemerintah dapat mengatur ulang perpres tersebut agar wilayah kepulauan dapat memperoleh subsidi. "Kami bergantung subsidi pemkab. Rp 180 juta khusus untuk pembiayaan BBM. Untuk hingga Desember 2012 saja kami dari Pemda Rp 800 juta. Belum lagi akhir 2013, subsidi akan banyak sekali. Mbok ya kami boleh pakai BBM bersubsidi. Pertamina jangan ngawur. Ini kan kepulauan. Perpres lihat-lihat kondisi wilayah, jangan disama ratakan," ujarnya.

Nuryanto menuturkan, subsidi BBM tersebut pun hanyalah kebutuhan mendesak saat ini. Layanan PLN, kata Nuryanto, diharapkan dapat merambah hingga Kepulauan Karimunjawa. "Permintaan kami mbok ya listrik dikelola PLN. PLN disubsidi negara triliyunan. Ini kami kan masuk NKRI, tapi ndak bisa menikmati subsidi PLN itu. Kenapa PLN ndak mau masuk ke Karimun. Kami juga perlu untuk kegiatan masyarakat. Sehingga tujuan wisata pun tidak terganggu," kata Nuryanto.

Tak adanya pelayanan listrik tersebut, kata Nuryanto, sangat mengganggu pariwisata. Kepulauan Karimunjawa merupakan lokasi favorit para wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Saat weekend, kepulauan di laut utara Jawa tersebut dikunjungi sedikitnya 4 ribu wisatawan. Di hari biasa, wisatawan mencapai 2 ribu hingga 2.500 orang.

"Jelas (sangat mengganggu pariwisata), Ini ibaratnya seperti bom waktu. Kami hanya punya 1 unit jenset kapasitas 500 KPA tidak punya ressufle, di perkotaan pusat pariwisata. Suatu saat kalau mesin itu rusak, trouble, kami tidak punya cadangan, pariwisata gimana? Ini akan memalukan. Kami sangat prihatin," ujarnya sedih.

Nuryanto mengatakan, masyarakat sangat berharap bantuan pemprov dan pemerintah pusat untuk menangani masah listrik yang telah bertahun-tahun tersebut. PLN dan pertamina pun, kata Nuryanto, diharapkan dapat membantu masyarakat Kepulauan Karimunjawa. "Sudah rapat berkali-kali, difasilitasi prmkab rapat dengan Pertamina dan PLN. Sejak gonjang-ganjing ndak boleh pakai BBM bersubsidi. Tapi ya PLN katanya mau lapor dulu lah apa lah. Usaha Pemkab sudah maksimal, tapi tidak cukup sampai disitu. Kami tifak punya dasar karena camat hanya perangkat daerah. Sehingga kami hanya bisa menunggu. Tolong lah dibantu," ujar camat memelas.

Menanggapi hal tersebut, Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo mengatakan pihaknya akan mengusahakan pembangunan listrik bawah tanah untuk pasokan listrik Karimunjawa. Proyek tersebut, kata Bibit, direncanakan akan mulai dibangun tahun 2013. "Kami sedang mengusahakan listrik bawah laut untuk Karimunjawa, rencana tahun 2013. Kalau pemerintah merespon maka Karimun Jawa akan berkembang pesat," ujarnya di Kantor Gubernur Jateng, Jumat (24/8).

Bibit menuturkan, kondisi listrik di kepulauan tersebut memang sangat memprihatinkan. Padahal, infrastruktur penunjang pariwisata terus dibangun disana. "Padahal infrastruktur pendukung pariwisata di pulau tersebut terus ditingkatkan.? Salah satunya bandara yang saat ini sedang masa pembangunan perpanjangan landasan dari?680 meter menjadi 980 meter. Untuk penginapan dan rekreasi juga sudah bagus. Tapi listrik masih perlu diperhatikan. Kalau pakau disel kan terbatas," pungkasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement