Kamis 23 Aug 2012 12:27 WIB

Kota Kefamenanu, Kupang Diserang Jutaan Ekor Belalang

Belalang
Belalang

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG - Jutaan ekor belalang dilaporkan menyerbu Kota Kefamenanu, Ibu kota Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Provinsi Nusa Tenggara Timur, dalam beberapa hari terakhir ini dan memangsa tanaman-tanaman di pekarangan rumah penduduk.

Bupati Timor Tengah Utara Raymundus Fernandez yang dihubungi melalui telepon genggam dari Kupang, Kamis (23/8), mengakui serangan hama belalang yang mulai merambah Kota Kefamenanu dalam dua hari terakhir ini.

Menurut dia, hama belalang itu sebelumnya menyerang tanaman jagung milik petani pada sejumlah desa di wilayah yang berbatasan darat dengan negara Timor Leste, sehingga menyebabkan terjadinya ancaman gagal panen.

Dia mengatakan, serangan hama belalang di Kota Kefamenanu itu juga menyebabkan kebun ubi, kacang-kacangan serta sayuran seluas satu hektare milik lembaga pemasyarakatan (Lapas) Kefamenanu rusak total.

Selain itu, kawanan belalang yang berjumlah jutaan itu juga menyerang tanaman warga di sekitar kompleks terminal serta rumah-rumah warga pun penuh dengan belalang, paparnya. "Ada beberapa titik yang menjadi sasaran hama belalang, dan itu jumlahnya jutaan ekor. Tampak seperti semut," ujarnya, mengungkapkan.

Bupati Fernandez menambahkan, serangan hama belalang di wilayah itu bukan baru terjadi sekarang, tetapi sudah berlangsung dalam

beberapa bulan terakhir ini. "Serangan hama belalang ini hampir merata di semua kecamatan di Kabupaten TTU, bahkan di dalam kota pun belalang tetap menyerang." tuturnya.

Dia mengatakan, dinas pertanian telah melakukan upaya pembasmian dengan pola penyemprotan pestisida, tetapi hingga saat ini belalang masih tetap saja berkeliran di hampir seluruh wilayah itu.

"Pemerintah sudah melakukan upaya pembasmian dengan pola semprot terhadap belalang dewasa, tetapi upaya tersebut tidak mengurangi jumlah belalang, karena kawanan belalang ini selalu berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain," ucapnya.

Artinya, kawanan belalang menyerang satu wilayah dalam dua sampai tiga hari, kemudian berpindah tempat. Ini yang menyebabkan petugas mengalami kesulitan dalam melakukan pembasmian, katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement