REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNG KIDUL - Potensi lahan kakao 3.500 hektare di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, baru dimanfaatkan 40 persen karena masyarakat lebih memilih menanam tanaman yang memiliki nilai jual lebih tinggi.
Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Anik Indarwati di Gunung Kidul, Kamis (23/8) mengatakan, produksi kakao di Gunung kidul belum maksimal seiring dengan makin menyusutnya lahan kakao, lantaran penduduk lebih memilih tanaman yang bernilai ekonomi tinggi.
"Potensi lahan kakao 3.500 hektare, dari luas tersebut baru ditanami seluas 1.149,1 hekatre. Kami terus mendorong masyarakat untuk memanfaatkan pekarangannya menanam kakao," katanya
Selain itu budidaya tanaman perkebunan sebagian besar dengan sistem tumpang sari dan tumpang gilir dan belum adanya konsistensi penaman tanaman perkebunan di tingkat petani yakni jenis tanaman menyesuaikan dengan musim dan pangsa pasar.
Menurut dia, tanaman kakao digarap 30 kelompok atau 8.753 orang, dan luas panen 458,6 hektare dengan produksi biji basah 175,30 ton per tahun yang dikembangkan biji kering fermentasi 60 ton oleh 20 kelompok pengolah.
"Kami tahun ini berencana memperluas lahan kakao seluas 100 hektare, dengan harapan mampu mendongkrak hasil produksi kakao di Gunung Kidul. Kami optimistis, lahan di Gunung Kidul memiliki potensi untuk mengembangkan kakao," kata dia.