Jumat 17 Aug 2012 14:41 WIB

17 Tahun Republika Online

Pemimpin Redaksi Harian Republika, Nasihin Masha
Foto: Agung Supriyanto/R
Pemimpin Redaksi Harian Republika, Nasihin Masha

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Nasihin Masha/Pemimpin Redaksi Republika Online

Setelah membuka Pameran Produksi Indonesia di Kemayoran, Presiden Soeharto berkeliling melihat-lihat stand. Salah satunya ke stand milik Republika. Bukan suatu kebetulan, tapi memang sudah direncanakan sebelumnya. Pak Harto meresmikan peluncuran situs berita pertama di Indonesia: Republika Online (ROL). Peristiwa itu terjadi pada 17 Agustus 1995, tepat 17 tahun yang lalu.

Ahmadi Thaha, wartawan Republika saat itu, adalah penggagas kelahiran ROL. Relatif bekerja sendirian, Ahmadi menyiapkan, merancang, dan mengonsep ROL. Pria pendiam ini memang kreatif. Saat itu, belum ada situs berita. Dunia internet belum lama dikenal di Indonesia. Perusahaan jasa akses internet di Indonesia pun baru ada tiga. Namun lelaki yang dibesarkan di Pondok Pesantren Al-Amin, Prenduan, Sumenep, Madura, itu gemar utak-atik. Dia tak memiliki latar belakang dunia elektronik maupun informatika. Dia lulusan IAIN Ciputat.

Harian Republika sendiri baru lahir 2,5 tahun sebelumnya. Koran komunitas muslim tersebut dikelola oleh anak-anak muda yang rata-rata berusia di bawah 30 tahun. Sebelum melahirkan ROL, di koran Republika terdapat rubrik Trentek, singkatan dari tren teknologi. Rubrik ini banyak mengulas dunia internet. Kami mengenalkan istilah-istilah dasar dunia internet. Belum banyak media yang mencoba menggeluti isu-isu seputar internet. Karena itu rubrik Trentek mendapat respons yang bagus dari pembaca. Hal inilah yang kemudian menjadi pendorong lahirnya ROL.

“Sambutan dari luar negeri luar biasa,” kata Ahmadi, mengenang. Para mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di luar negeri dan orang-orang Indonesia yang bekerja di luar negeri menyambut antusias. Kehausan informasi dari Tanah Air dengan segera bisa mereka dapatkan. Sebagai satu-satunya situs berita, ROL menjadi rujukan. Selama ini, sebagian dari mereka mendapatkan informasi tentang Indonesia dari milis-milis underground, salah satunya adalah Apakabar. Tentu saja informasi itu bersifat tidak resmi, walaupun sebagian dikutip dari media massa di Indonesia.

Ahmadi bercerita bahwa teknologi ROL di tahap awal itu masih sangat sederhana. Programnya menggunakan Perl, browsernya menggunakan Netscape, dan operating systemnya menggunakan Linux. Selain itu, berita yang ditayangkan hanyalah versi teks dari berita koran Republika. Apa yang dimuat di ROL persis sama dengan apa yang dimuat di koran. Filenya dalam bentuk teks. “Tidak ada update berita seperti sekarang,” katanya. Namun setelah kelahiran ROL, lahir situs-situs berita dari perusahaan pers cetak maupun dari perusahaan media yang mengkhususkan diri di internet.

Kini, di usia yang ke-17 tahun, ROL sudah jauh berkembang. Bahkan, kini, ROL tak lagi memuat versi teks edisi koran Republika. Jika ingin membaca versi digital koran Republika, pembaca dari jalur internet bisa mengakses e-paper, koran dalam formal file pdf. ROL telah menjadi institusi sendiri, bukan lagi pelengkap koran. Memiliki rubrikasi sendiri, yang berbeda dengan koran. Juga dilengkapi dengan televisi streaming. Per hari bisa lebih dari 300 berita. Semua itu untuk kepuasan netters ROL. Selain itu, ROL juga bisa diakses via blackberry, android, dan tablet.

“Kuncinya adalah pada keberanian untuk merespons perubahan,” kata Ahmadi. Jangan ada ketakutan bahwa yang satu akan mengkanibal yang lainnya. Yang penting adalah kemampuan memaksimalkan manfaat setiap perubahan.

Di tengah persaingan ketat situs berita di Indonesia, ROL tak ingin terjebak pada berita sensasi. ROL tetap berada dalam visi besar grup Republika sebagai media massa yang memberikan pencerahan dan membangun optimisme bagi kemajuan dan kejayaan Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement