Rabu 15 Aug 2012 23:56 WIB

Presiden Dinilai Masih Sulit Lepas Perang Opini Century

Massa menggelar unjuk rasa di depan gedung KPK,Jakarta, beberapa waktu lalu. Mereka menuntut KPK agar segera menuntaskan skandal Century.
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Massa menggelar unjuk rasa di depan gedung KPK,Jakarta, beberapa waktu lalu. Mereka menuntut KPK agar segera menuntaskan skandal Century.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat ini sulit lepas dari perang opini terkait dengan kasus Century. Pendapat itu disampaikan pengamat Charta Politika, Yunarto Wijaya di Jakarta, Rabu (15/8).

Sehingga, menurut Yunarto, presiden merasa perlu untuk menjelaskan terkait dengan pernyataan Mantan Ketua KPK Antasari Azhar terkait adanya pertemuan di Istana tanggal 9 Oktober 2008 sebelum kebijakan pemberian dana talangan bagi Bank Century.

"Mungkin Presiden merasa sudah dalam pertarungan opini seakan-akan sudah dibentuk, apalagi informasi ini dijemput oleh DPR menjadi bola panas, mungkin Presiden ingin membentuk opini lain supaya tidak membunuh karakter beliau," katanya.

Sikap presiden tersebut, nilainya, tidak bisa disalahkan, mengingat gencarnya pemberitaan yang memberikan penilaian negatif dalam pertemuan tersebut, yang menempatkan Presiden seolah-olah telah membuat skenario dalam kebijakan tersebut.

Namun demikian, menurut Yunarto, pernyataan Presiden tersebut sebaiknya tidak terus menerus digiring ke dalam pertarungan opini. Sebab bila hal itu terjadi, maka kasus Century akan melebar tak tentu arah dan menjadi komoditas politik dibandingkan penyelesaian secara hukum.

"Kalau kemudian dibuat bantahan polemik ini akan menjadi berkepanjangan dalam konteks politik tidak terlalu sehat, kita lagi-lagi akan melihat perdebatan politik dibandingkan hukum," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement