Rabu 15 Aug 2012 22:29 WIB

Marzuki: Kemiskinan Jadi Dasar Permasalahan Moral

Pengangguran (ilustrasi)
Pengangguran (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia telah 67 tahun merdeka dan telah memperoleh berbagai capaian yang signifikan di berbagai bidang. Namun, menurut Ketua DPR, Marzuki Alie, persoalan kemanusiaan, sebagaimana yang juga dialami oleh berbagai bangsa di dunia, masih dirasakan oleh bangsa ini, utamanya persoalan kemiskinan yang masih masih terus dirasakan.

Persoalan kemiskinan ini kemudian menjadi terderivasi ke dalam berbagai persoalan lainnya, seperti berbagai tindak kejahatan, kebodohan, pengangguran, korupsi, dan penyakit moral-sosial lainnya.

“Hendaklah dipahami bahwa kemiskinan ini juga bisa sebagai akibat dari faktor-faktor lain yang saling berhubungan, sehingga menimbulkan pemahaman yang krusial, mana yang lebih dahulu seperti antara telor dan ayam, antara miskin dan bodoh,” ujar Marzuki kepada wartawan di Jakarta, Rabu (15/8).

Persoalan kemiskinan di sini, kata dia, bukan hanya yang berkaitan dengan kesenjangan pendapatan (income discrepancy). Menurutnya, masalahnya lebih kompleks lagi, menyangkut masalah ketidakberdayaan (incapability), ketiadaan pengetahuan dan ketrampilan (lack of knowledge and skills), dan kelangkaan akses pada modal dan sumberdaya (scarcity of capital and resources).

Marzuki melihat setidaknya ada dua faktor utama yang menjadi penyebab kemiskinan selain faktor bencana alam atau kemiskinan alamiah, yaitu faktor struktural dan faktor kultural. Dalam perspektif struktural, masyarakat tambahnya menjadi miskin karena kebijakan negara yang kurang memihak kepada masyarakat miskin.

Lebih lanjut Marzuki menjelaskan kemiskinan dalam pandangan kultural (budaya), disebabkan rendahnya kapabilitas masyarakat yang diakibatkan budaya masyarakat tertentu, misalnya rasa malas, tidak produktif, ketergantungan pada orang lain, dan kebodohan. Secara kultural, kemiskinan juga disebabkan pandangan dunia yang keliru, yang dipengaruhi pemahaman nilai-nilai agama yang sempit, pasif dan fatalistik.

“Dalam perspektif budaya ini, ternyata bahwa akar dari kemiskinan sejatinya bukan sekadar persoalan ekonomi belaka. Faktor budaya inilah yang menjadi penyebab utama terjadinya tragedi kemiskinan dalam suatu masyarakat," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement