REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU---Bayi dengan kelainan fisik, usus terburai di luar rongga perut atau "gastro schizis", anak pasangan Suhar Aritonang (22) dan Rosdian Hutagalung (19), warga Kecamatan Mandau, Bengkalis, Riau, berhasil menjalani operasi tahap awal.
"Operasi tahap awal dilakukan pada Sabtu (11/8) yakni melakukan penutupan pada perut dengan menarik secara berlahan usus yang terburai ke dalam rongga perut," kata dokter yang menangani bayi malang itu, Dr Tubagus Odhi, di Pekanbaru, Selasa.
Ia menjelaskan, operasi tahap awal dilakukan untuk menghindari terpaparnya usus tersebut dan menormalisir suhu tubuh bayi.
Setiap harinya, demikian Odhi, pihak medis akan melakukan pemerasan usus secara berlahan agar usus dapat berada di dalam rongga perut secara utuh.
Upaya ini, kata dia, biasanya baru bisa dinyatakan optimal setelah dua hingga tiga minggu untuk kemudian dilakukan operasi lanjutan, yakni pembenahan pada fisik bayi tersebut.
Namun demikian, Odhi mengaku belum bisa menjamin keselamatan bayi hingga di atas 70 persen. mengingat kondisinya yang saat dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Pekanbaru, tempatnya bertugas, tengah dalam kondisi kritis.
"Terlebih bayi tersebut tidak dilahirkan di rumah sakit, melainkan melalui bidan tradisional. Hal demikian biasanya menciutkan persentase keselamatan si bayi itu," katanya.
Bayi malang yang belum memiliki nama tersebut sebelumnya lahir melalui bidan tradisional pada Rabu (8/8) lalu di rumah orang tuanya yang berlokasi di Jalan Gajah Mada, Simpang Petai Kilometer 12, Kelurahan Talang Mandi, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis.
Melihat kondisi fisik yang tidak normal, orang tua dan bidan itu kemudian bersepakat untuk merujuknya ke Rumah Sakit Permata Hati di Duri, Kecamatan Mandau, Bengkalis.
Mengingat peralatan medis yang terbatas, bayi yang dilahirkan dengan berat 2,1 kilogram dan panjang 40,9 centimeter tersebut kemudian kembali dirujuk ke RSUD Arifin Achmad Pekanbaru guna mendapat perawatan lebih intensif.