REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG – Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo, tidak yakin provinsi ini mampu mencapai swasembada kedelai, mengingat kondisi lahan yang belum tentu cocok sehingga masih butuh impor untuk memenuhi kebutuhan akan bahan baku tahu dan tempe itu.
"Swasembada kedelai kita belum mampu. Solusi untuk memenuhi kebutuhan melalui impor," kata Bibit usai rapat koordinasi Dewan Ketahanan Pangan tingkat Jawa Tengah di Semarang, Kamis (9/8).
Menurut dia, salah satu kendala untuk mengoptimalkan produksi kedelai yakni tidak semua daerah cocok untuk ditanami tanaman hortikultura ini.
Selain luasan lahan yang kurang maksimal, harga jual kedelai yang relatif rendah menyebabkan minat petani untuk menanamnya juga rendah. "Margin keuntungan yang diperoleh tidak sesuai," tambahnya.
Sementara, lanjut dia, kebutuhan kedelai untuk provinsi ini relatif tinggi. Dalam rapat koordinasi juga dilakukan pemetaan daerah yang berpotensi untuk ditanami kedelai. Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah mencatat terdapat sembilan daerah yang memiliki potensi pengembangan kedelai.
Sementara itu, Kepala Badan Ketahanan Pangan, Gayatri Indah Cahyani, menargetkan provinsi ini akan mencapai swasembada kedelai pada 2014. Target produksi kedelai pada tahun tersebut mencapai 2,7 ton. “Upaya yang dilakukan untuk mencapai target tersebut antara lain dengan meningkatkan produksi dari 1,3 ton per hektare menjadi 1,5 ton per hektare,” ujar Gayatri.