Selasa 07 Aug 2012 20:23 WIB

Presiden SBY Harap Sektor Energi Miliki Ketahanan Kuat

  Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Foto: Haji Abror Rizki/Rumgapres
Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengharapkan sektor energi memiliki ketahanan yang kuat dalam tiga hingga lima tahun mendatang. Sehingga kondisi global tidak mempengaruhi ketersediaan energi bagi konsumsi dalam negeri termasuk kenaikan harga minyak maupun komoditas lainnya.

Dalam keterangan pers usai rapat koordinasi bidang energi di Jakarta, Selasa (7/8), Presiden mengatakan harapan itu berangkat dari kondisi saat ini berupa kebijakan dan juga kinerja kementerian dan badan usaha milik negara yang bergerak di bidang energi.

"Dengan kerja keras kita maka Pertamina dari lifting berada urutan ke 2 dari 21 perusahaan terbesar di Indonesia," ujarnya.

Pertama Chevron dengan 335.000 barel lantas Pertamina 132 .000 barel kemudian Total, Conoco Philips dan CNOOC. "Ini harapan kita Pertamina menjadi tuan rumah di negeri sendiri sembari memperkuat basis bisnis," kata Presiden.

Sementara itu saat ini Indonesia mengekspor gas sebanyak 56 persen dari total produksi dan sisanya untuk pasar dalam negeri. Di lain pihak kebutuhan gas untuk industri dalam negeri semakin bertambah.

Untuk memastikan ketersediaan energi gas dalam tahun-tahun mendatang, Presiden telah memerintahkan kementerian terkait untuk memastikan lapangan-lapangan eksplorasi yang kini tengah dibangun bisa beroperasi sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.

"Bahwa gas bukan hanya ekplorasi tetapi juga infrastruktur, oleh karena itu kita gunakan produksi dan distribusi, tadi kita bahas untuk meningkatkan sarana," kata Presiden.

"Kita menyoroti proyek penting untuk minyak gas. Upaya kita segera realisasi di East Natuna, Marsela, Tangguh, Cepu dan lainnya. Di Marsela, Tangguh, Cepu rata beroperasi pada 2018, Cepu tahun 2014 diharapakn sudah mengalirkan minyak buminya. Tahun 2018 ketahanan energi kita makin kuat," paparnya.

Hingga saat ini, kata Presiden, kontribusi sumber daya alam bagi pendapatan negara masih cukup tinggi. Namun demikian dimasa mendatang seiring dengan tumbuhnya kemampuan ekonomi lainnya serta penanganan pajak yang semakin baik maka pemasukan negara dari sektor energi dan sumber daya mineral dapat berkurang proporsinya sehingga tidak semata-mata mengandalkan dari sektor tersebut.

Kontribusi sektor ESDM untuk penerimaan negara masih tinggi, ESDM menyumbang Rp 352 triliun pada penerima negara, tahun ini sekitar Rp 400 triliun, setara 25 persen sampai 30 persen penerimaan negara.

"Ke depan sejalan perkembangan struktur perekonomian jasa, dan perpajakan saya berharap sektor pajak lebih mendominasi penerimaan sehingga tidak mengandalkan minyak," papar Kepala Negara.

Dalam rapat koordinasi yang dihadiri juga oleh Wakil Presiden Boediono, dibahas mengenai upaya untuk menyeimbangkan dan menyesuaikan subsidi BBM sehingga tidak membebani anggaran negara dan bisa digunakan untuk pengembangan sektor lainnya. Juga dibahas mengenai upaya optimalisasi kilang yang ada dan juga implementasi rencana pembangunan kilang baru.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement