REPUBLIKA.CO.ID, PALMERAH--Kenaikan harga kedelai masih mempengaruhi harga jual kecap. Hingga pertengahan Ramadhan, harga bahan baku penyedap rasa tersebut melonjak lebih dari 20 persen dari harga normal. Kondisi itu berlangsung sejak awal Juli lalu.
Pedagang sembako di Pasar Palmerah Jakarta Barat, Coki Hutabarat (42 tahun) mengatakan lonjakan harga itu untuk kecap manis jenis botol kaca seberat satu liter. Kini harga jualnya Rp 17.000 per botol dari harga normal sekitar Rp 14.000. "Kenaikan berlangsung sejak harga kedelai naik," kata dia, Senin (6/8).
Menurut dia, kenaikan harga jualnya bertahap sejak awal bulan lalu. Kisaran kenaikan Rp 1.000-Rp 1.500 dan berlangsung sebanyak dua kali. Kenaikan harga terakhir terjadi akhir Juli lalu, dan hingga kini bertahan.
Selain kecap, kenaikan harga sembako yang bertahan sejak Juli lalu juga terjadi pada gula pasir. Per kilgramnya dibanderol Rp 13.000 dari harga normal Rp 11.000. Sementara untuk tepung terigu harganya menaik sekitar 10 persen dari Rp 5.500 perkilogram menjadi Rp 6.000. Juga untuk minyak goreng curah per kilogramnya Rp 10 ribu menjadi Rp 11.000.
Untuk sembako lainnya, kata Coki, seperti mie instan dan kacang, dan lainnya merangkak sekitar dua persen sejak pekan lalu. Sementara harga telur mengalami ketidakstabilan per pekannya, dari Rp 18.000 hingga Rp 22.000 per kilogram.
Sejak kenaikan harga beberapa pekan lalu, penjualan daging di pasar tradisional Jakarta belum kembali mengalami kenaikan yang signifikan. Yakni masih sekira Rp 80.000 per kilogram. Menurut Asep, pedagang daging di Pasar Palmerah, kenaikan harga biasanya terjadi sepekan sebelum Lebaran. "Baiknya bertahap lima persen," ujarnya.
Tahun lalu, lanjut dia, tingginya angka jual dan pembeli daging sapi di pasar tradisional ini berlangsung pada tiga hari menjelang (H-3) hingga H-1 Lebaran. Kenaikan harga jualnya mencapai Rp 110.000 per kilogram. Pada saat itu, Asep biasa menjual daging ecerannya sebanyak 20 kilogram. "Pasokan daging aman," katanya.