REPUBLIKA.CO.ID,AMBON--Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu menyatakan sedikitnya 13 warga meninggal akibat bencana tanah longsor, banjir dan tembok roboh sehubungan hujan deras sejak 30 Juli - 1 Agustus 2012.
"Para korban tewas tersebut tersebar 10 di Kota Ambon, dua di Seram Bagian Barat (SBB) dan satu lainnya di Maluku Tengah. Semua keluarga korban tewas itu mendapat bantuan biaya pemakaman dan santunan masing-masing Rp10 juta dari Pemprov Maluku," katanya di Ambon, Sabtu.
Gubernur menyampaikan hal itu pada Rakor dengan Tim Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) diwakili Deputi II Dody Ruswandy terkait penanganan tanggap darurat terhadap korban banjir dan tanah longsor 1 Agustus 2012.
Bencana di tiga daerah tersebut mengakibatkan 2.067 kepala keluarga (KK) atau 8.042 jiwa yang mengungsi. Hujan dengan intensitas tinggi yang telah diprediksi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sejak Februari - Juli 2012 itu juga mengakibatkan di Kota Ambon 244 unit rumah rusak total, 256 unit rusak sedang dan 1.593 unit rusak ringan.
Di SBB banjir bandang menghancurkan 75 rumah rusak total dengan 295 KK atau 1.207 jiwa.
Maluku Tengah di kecamatan Salahutu 29 rumah rusak berat dengan 19 KK atau 109 jiwa pengungsi, sedangkan Haruku 12 rumah rusak total, 74 rusak ringan mengakibatkan 20 Kk atau 442 jiwa mengungsi.
Gubernur mengemukakan bahwa saat Rapat Kabinet di Jakarta 3 Agustus 2012 ia telah melaporkan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono soal dampak banjir maupun longsor, sekaligus memohon perhatian pemerintah pusat untuk penanganan.
Di Maluku korban meninggal akibat banjir, tanah longsor, tembok roboh dan kapal tenggelam sejak Januari - 1 Agustus 2012 sebanyak 119 orang.
Deputi II BNPB Dody Ruswandy siap mendampingi Pemprov Maluku maupun Pemkot Ambon menangani dampak bencana alam. "Jangan ragu karena BNPB siap mendampingi, termasuk kemungkinan menambah waktu penanganan tanggap darurat 2 x 7 hari," ujarnya.
Dody yang telah meninjau sejumlah lokasi banjir maupun longsor serta tempat penampungan pengungsi mengarahkan perlu memperhatikan kebutuhaan air bersih dan memperhatikan sanitasi. "Pengungsi sering sakit maupun tertular penyakit karena ketersediaan air bersih kurang dan sanitasi lingkungan yang buruk," tandasnya.
Dody dalam rangkaian kunjungannya ke Ambon juga menyerahkan anggaran Rp 5,8 miliar untuk membangun 235 rumah pengungsi asal Kampung Boy, Kelurahan Batu Gajah yang permukimannya mengalami keretakan tanah maupun longsor.
Diserahkan pula Rp 250 juta untuk penanganan tanggap darurat yang dterima Wali Kota Ambon, Richard Louhenapessy. "Manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan dasar pengungsi berupa makanan, air bersih dan kesehatan dengan memprioriaskan kelompok rentang yakni balita, lansia dan ibu hamil," katanya.