REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI---Banyak warga Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, dalam tiga bulan terakhir pergi ke Malaysia untuk menjadi tenaga kerja.
Kepala Bagian Umum Kantor Imigrasi Kendari, Ferdi yang dihubungi di Kendari, Jumat mengatakan, dalam tiga bulan terakhir hampir tiap hari ada warga asal kabupaten Buton dan beberapa kabupaten lainnya mengurus paspor utuk tujuan ke Malaysia.
"Setiap hari kami melayani permintaan paspor warga dari Kabupaten Buton dan Muna, sebanyak 15 orang," katanya.
Menurut dia, warga asal Kabupaten Buton yang mengajukan permohonan paspor sebagai besar berasal dari Pulau Kadatua, Siompu dan Pulau Talaga termasuk dari Kecamatan Mawasangka.
Tujuan para pemohon paspor tersebut, kata dia, rata-rata mau mengunjungi saudaranya yang sudah lama bekerja di Malaysia.
"Rata-rata warga asal Kabupaten Buton dan Muna yang meminta paspor itu, asalnya mengunjungi keluarga. Bahwa di sana (Malaysia) mereka menjadi TKI itu, kami tidak tahu-menahu," katanya.
Pantauan di kantor Imigrasi Kendari, warga asal Kabupaten Buton yang datang mengurus paspor di Kendari untuk ke Malaysia rata-rata berprofesi sebagai nelayan dan petani.
Mereka ingin ke Malaysia untuk menjadi buruh kasar karena hidup sebagai nelayan dan petani di daerah mereka sudah tidak menjanjikan lagi.
"Pendapatan sebagai nelayan tangkap ikan di kampung, Pulau Kadatua, sudah tidak bisa diandalkan lagi untuk menghidupi keluarga," kata La Ode Sunartion (25), warga Desa Banabungi, Pulau Kadatua, Buton.
Saat ini, kata dia, hasil tangkapan ikan nelayan di Pulau Kadatua pada setiap harinya, sudah beruntung bisa mencukupi kebutuhan hidup untuk hari itu juga.
Karena itu, ujarnya, warga Pulau Kadatua saat ini sebagian besar sudah merantau ke berbagai daerah di Indonesia seperti Maluku Utara, Maluku Tenggara, Papua, Tanjung Pinang termasuk ke luar negeri, Malaysia.
Sementara itu, La Ode Harsin (30), petani jeruk manis di Desa Biwinapada, Pulau Siompu, Buton, yang datang mengurus paspor di Kantor Imigrasi Kendari, mengaku ingin ke Malaysia karena hidup sebagai petani jeruk manis di Pulau Siompu sudah tidak menjanjikan lagi.
Sejak beberapa tahun terakhir, tanaman jeruk manis bukan hanya tidak produktif lagi, tapi untuk tumbuh pun sudah susah. "Kadang-kadang baru mau berpuah, tanaman jeruk langsung meranggas lalu mati. Jadi, tidak bisa menghasilkan apa-apa lagi," katanya.